Senin, 22 November 2010

Banjir Bandang Terjang Aceh Utara dan Tamiang

* Lintas Lamno-Calang Tergenang Air 50 Cm
Tue, Nov 23rd 2010, 10:55
Utama

Warga menggunakan sampan sebagai alat trasportasi akibat banjir di kawasan pinggir sungai, Kota Kuala Simpang, Senin (22/11). Sejumlah desa di kawasan hulu Sungai Tamiang dilanda banjir bahkan Kampong Seulamat, Kecamatan Tenggulun, Aceh Tamiang diterjang banjir bandang. SERAMBI/M NASIR




LHOKSEUMAWE - Hujan deras yang mengguyur wilayah pegunungan dan hulu sungai di utara dan timur Aceh, sejak dua hari terakhir, telah menyebabkan banjir bandang (banjir kiriman), di sejumlah kawasan di Aceh Utara dan Aceh Tamiang. Hujan deras juga telah menyebabkan kemacetan di ruas jalan Lamno-Calang, yang digenangi air setinggi 50 centimeter.

Sedikitnya, empat desa dalam wilayah Kecamatan Muara Dua dan satu desa di Kecamatan Blangmangat, Lhokseumawe, sejak Minggu (21/11) malam, dilaporkan diterjang banjir kiriman dari kawasan perbukitan di daerah itu. Akibatnya, aktivitas sebagian masyarakat setempat, termasuk sekolah, dilaporkan ikut terganggu.

Desa-desa yang dilanda banjir bandang itu adalah Desa Meunasah Mesjid, Uteunkot, Meunasah Alue, dan Paya Punteuet di Kecamatan Muara Dua, serta Desa Blang We Panjo di Kecamatan Blang Mangat. Bahkan, kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 7 Lhokseumawe, di Desa Unteukot, ikut terhenti akibat digenangi air akibat banjir bandang itu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Serambi, kemarin, banjir bandang seperti yang dialami warga di dua kecamatan itu baru pertama kali terjadi, di mana setelah reda hujan baru air datang dan mengenangi wilayah pemukiman dan rumah-rumah mereka. “Di desa kami, banjir hanya menggenangi areal persawahan,” kata Aji, Keuchik Blang We Panjo, Kecamatan Blangmangat.

Sumber lainnya menyebutkan, pihak aparat Desa Meunasah Masjid, Senin (22/11) dini hari kemarin, terpaksa mengimbau warga yang rumahnya digenangi banjir untuk mengungsi ke masjid. “Setelah kita imbau, ada 40 kepala keluarga yang mengungsi ke masjid. Namun, sebagian besar warga lainnya memilih bertahan di rumah masing-masing,” kata Keuchik Meunasah Masjid, Irwan Yusuf.

Hujan deras yang terus turun sejak dua hari terakhir, juga telah menyebabkan sejumlah ruas jalan di Kota Lhokseumawe ikut digenangi banjir. Bahkan, ruas jalan di simpang Kantor Pos hingga ke RS Kesrem dan jalan Lancang Garam digenangi air sampai 35 centimeter.

Dikepung banjir
Sementara itu, dari Kuala Simpang, Aceh Tamiang, dilaporkan kawasan hulu Sungai Tamiang di Kecamatan Tenggulun dan Kecamatan Tamiang Hulu kini juga dikepung banjir setinggi satu meter. Bahkan, Desa Seulamat di Kecamatan Tenggulun, sejak Minggu (21/11) malam lalu, dilaporkan sempat diterjang banjir bandang.

Tidak ada korban jiwa dalam musibah banjir tersebut namun aktivitas warga lumpuh, warga hanya siaga dan berdiam diri di rumah, khawatir jika tiba-tiba air terus meningkat. Sementara sejumlah sekolah walaupun tidak libur terpaksa ditutup, tidak ada aktivitas belajar karena murid–muridnya tidak bisa hadir ke sekolah akibat banjir.

Camat Tenggulun, Rafiie, mengatakan beberapa desa dalam wilayah kecamatan yang dipimpinnya itu terendam banjir. Di antaranya, Desa Simpang Kiri banjir menggenangi tiga dusun yakni Dusun Termal, Sisirau, dan Pondok. “Tapi yang paling parah adalah Desa Seulamat, yang diterjang banjir bandang dengan ketinggian air sebatas dada orang dewasa,” katanya kepada Serambi, kemarin.

Banjir juga merendam Desa Tenggulun dan menggenangi badan jalan yang membuat arus transportasi ikut terganggu. Sedangkan sekolah di Simpang Kiri tidak ada kegiatan belajar mengajar, karena muridnya tidak bisa hadir kesekolah akibat rumah mereka banjir. Banjir kali ini, juga menggenangi sejumlah kawasan di dalam kota Kuala Simpang, ibukota Aceh Tamiang.

Mengalami kemacetan
Semendata itu, sejak Minggu (21/11) siang sampai Senin (22/11) Sore kemarin, ratusan kenderaan umum dan pribadi di wilayah rakit Kuala Unga, Meudang Ghon dan Lambeso masih mengalami kemecetan. Kondisi ini terjadi akibat tingginya curah hujan yang melanda wilayah tersebut sehingga mengakibatkan jalan tanggap darurat yang dibangun TNI lima tahun lalu digenangi air hingga ketinggian 50 cm.

Selain itu akibat derasnya arus sungai Kuala Unga dan Lambeso, penyeberangan kenderaan umum dan pribadi, pada kedua rakit tersebut ikut terganggu. Menurut sejumlah sopir Mini Bus L-300 jurusan pantai barat, kemecetan dan antrean panjang kenderaan umum dan pribadi yang berangkat dari Banda Aceh menuju Meulaboh, maupun sebaliknya, yang hingga Senin (22/11) kemarin belum teratasi.

Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Ir Muhyan Yunan yang dikonfirmasi Serambi, kemarin, membenarkan bahwa arus lalu lintas dari Calang-Lamno masih mengalami kemacetan. Sampai kemarin, antrean panjang ratusan kenderaan umum dan pribadi terlihat di jalur rakit Kuala Unga dan Lambeso. “Antrean panjang juga disebabkan arus penyeberangan rakit, yang memakan waktu 6-8 jam untuk bisa diseberangkan,” katanya.

Untuk mengatasi kemecetan penyeberangan di dua lokasi rakit itu, kata Muhyan, solusinya harus menunggu air sungai menurun. Sedangkan untuk mengatasi kemecetan kenderaan yang terperangkap lumpur di Meudang Ghon, pada ruas jalan tanggap darurat yang dibangun TNI lima tahun lalu, baru bisa dilakukan setelah air yang tergenang di badan jalan sudah kering.

Wakil Ketua II DPRA, yang mengkoordinir Bidang Infrastruktur, Drs H Sulaiman Abda, kemecetan ini terjadi akibat lambanya penyelesaian pembangunan ruas jalan Lamno-Calang, terutama untuk pekerjaan Section IV. “Kemecetan arus lalu lintas terjadi pada ruas yang jembatan dan badan jalan yang belum dikerjakan Sangyong, rekanan USAID,” katanya.

Untuk mengatasi kemacetan pada ruas jalan itu, kata Sulaiman Abda, seharusnya pihak Dinas BMCK, bersama Dinas PU Aceh Jaya dan Sangyong, kontraktor yang ditunjuk USAID melanjutkan pekerjaan ruas jalan Section IV tersebut menjaga badan jalan tanggap darurat jangan sampai digenangi air hujan pada waktu musim hujan.

Dikatakannya, badan jalan tanggap darurat itu sangat riskan terhadap truk yang bermuatan 30-40 ton, di mana setiap musim penghujan, tetap ada truk yang terperosok lumpur di jalan tanggap darurat. “Ini menunjukkan badan jalan tanggap darurat itu tidak mampu menahan beban truk yang bermuatan 30-40 ton,” ujar Sulaiman Abda.(bah/c37/ib/md/her)

sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar