Rabu, 07 September 2011

Gajah Obrak-abrik Kebun Kakao

Sabtu, 3 September 2011 11:51 WIB

LHOKSUKON - Kawanan gajah yang jumlahnya diperkirakan 30-an ekor, Kamis (1/9) malam mengobrak-abrik puluhan hektare kebun masyarakat di Desa Blang Pante, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara. Akibatnya, tanaman kakao (cokelat), pinang, dan durian yang ada di kebun yang luasnya sekitar 23 hektare itu hancur.

Bahkan, saat warga datang ke kebunnya pada Jumat (2/9) pagi untuk melihat tanaman yang sudah rata dengan tanah menemukan seekor gajah yang sudah mati di pinggir jalan kawasan Sarena Maju yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari Keude Blang Pante. Kini, gajah tersebut sudah ditutup warga dengan dedaunan.

“Kebun yang dirusak gajah itu berisi tanaman kakao, pinang, dan durian. Selain itu hampir satu hektare tanaman kunyit juga rusak diobrak-abrik gajah,” kata Keuchik Blang Pante, M Yunus kepada Serambi, kemarin. Menurutnya, kondisi ini sudah rutin terjadi di kawasan tersebut setiap enam bulan sekali.

Gangguan gajah itu, lanjut M Yunus, menyebabkan warga setempat resah. Karena mayoritas mereka menggantungkan hidupnya dari hasil kebun. “Sebelumnya ada warga yang menginap di kebunnya. Sehingga bisa mengetahui ketika ada gajah dan kemudian menggusirnya. Tapi, kondisinya pun tak separah sekarang,” katanya.

Namun, tambah Keuchik, beberapa hari sebelum Lebaran warga pulang ke desanya. Sehingga binatang berbelalai itu dengan leluasa merusak semua isi kebun. “Karena itu, kami sangat berharap dinas terkait segera mencari solusi untuk masalah tersebut. Karena warga sering merugi akibat kebunnya berulang kali dirusak gajah,” harapnya.(c37)

Sumber Serambinews.com

Senin, 15 Agustus 2011

Puluhan Hektar Kebun Diamuk Gajah

TUESDAY, 02 AUGUST 2011 14:06

COT GIREK - Puluhan hektar kebun dan tiga unit gubuk kebun atau dangau di pemukiman transmigrasi lokal (translok) Desa Batee Uleu, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, rusak diamuk kawanan gajah liar.

Ketiga dangau masing-masing milik Ibnu Hajar (40), Idris (60) dan milik anak kandung Idris, Samsul (27). Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, karena semua dangau sedang kosong. Namun demikian, kerugian materi ditaksir mencapai Rp 90 juta.

“Serangan gajah liar di kawasan ini sudah tak terhitung. Tapi serangannya tidak separah kali ini. Sekarang, warga trauma dan takut ke kebun. Apalagi, sebelumnya beberapa warga juga sempat dikejar kawanan gajah saat berusaha menghalau mereka ke hutan,” kata Muhammad Adi, warga setempat, tadi siang.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid, melalui Kapolsek Cot Girek Ipda Sofyan, membenarkan kebun yang dirusak meliputi kebun kakao, pinang, pisang, kebun kelapa sawit.

“Kita segera menerjunkan petugas ke lapangan untuk menenangkan warga. Bahkan sampai sekarang kita masih terus berupaya memulihkan trauma mereka dengan melakukan patrol rutin di sekitar lokasi kejadian,” tandasnya.

Sumber Waspada.co.id

Puluhan Hektar Kebun Diamuk Gajah

TUESDAY, 02 AUGUST 2011 14:06

COT GIREK - Puluhan hektar kebun dan tiga unit gubuk kebun atau dangau di pemukiman transmigrasi lokal (translok) Desa Batee Uleu, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, rusak diamuk kawanan gajah liar.

Ketiga dangau masing-masing milik Ibnu Hajar (40), Idris (60) dan milik anak kandung Idris, Samsul (27). Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, karena semua dangau sedang kosong. Namun demikian, kerugian materi ditaksir mencapai Rp 90 juta.

“Serangan gajah liar di kawasan ini sudah tak terhitung. Tapi serangannya tidak separah kali ini. Sekarang, warga trauma dan takut ke kebun. Apalagi, sebelumnya beberapa warga juga sempat dikejar kawanan gajah saat berusaha menghalau mereka ke hutan,” kata Muhammad Adi, warga setempat, tadi siang.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid, melalui Kapolsek Cot Girek Ipda Sofyan, membenarkan kebun yang dirusak meliputi kebun kakao, pinang, pisang, kebun kelapa sawit.

“Kita segera menerjunkan petugas ke lapangan untuk menenangkan warga. Bahkan sampai sekarang kita masih terus berupaya memulihkan trauma mereka dengan melakukan patrol rutin di sekitar lokasi kejadian,” tandasnya.

Sumber Waspada.co.id

Rabu, 10 Agustus 2011

Aceh Utara jadi sentra kakao

THURSDAY, 28 JULY 2011 00:54

LHOKSEUMAWE - Tiga kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, dijadikan sentra gerakan nasional tanaman kakao, karena potensi dan luas arealnya sangat mendukung.

Kadis Kehutanan dan Perkebunan Aceh Utara, Edi Sofyan melalui Kabid Perkebunan Kastabuna, mengatakan ketiga kecamatan tersebut, yakni Cot Girek, Tanah Luas, dan Kecamatan Nibong yang merupakan wilayah paling luas lahan tanaman kakao.

Dengan demikian, adanya program pemerintah gerakan nasional kakao, Pemkab Aceh Utara memilih sebanyak 25 petani kakao di daerah tersebut untuk dilatih tentang peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman kakao.

Ia berharap, dengan pelatihan tersebut diharapkan agar produktivitas dan kualitas tanaman kakao dapat lebih baik ke depan. "Selama ini kemampuan petani dalam mengelola tanaman dan juga produksi tanaman kakao di Aceh Utara masih sangat minim," ujarnya, tadi malam.

Lebih lanjut dikatakannya, secara nasional pemerintah mengharapkan agar produksi kakao Indonesia mencapai kualitas dan produksi yang baik, sehingga mampu menjadi salah satu negara penghasil komoditas tersebut.

Saat ini, Indonesia masih tertinggal selangkah dengan negara Pantai Gading di Afrika. "Oleh karena adanya program pemerintah terhadap kakao ini, kita latih petani kakao di tiga kecamatan tersebut, untuk bisa lebih mengembangkan tanaman kakaonya agar produksi dan kualitasnya dapat lebih bagus," ungkapnya.

Pelatihan tersebut akan dilakukan selama tiga hari yang bertempat di BPP Kecamatan Tanah Luas. Dimana pengetahuan secara teori sebanyak 30 persen dan praktek sebanyak 70 persen.

Dalam materi praktik, petani akan dilatih terhadap perawatan tanaman kakao mulai dari pemupukan hingga pemangkasan daun.

Kastabuna menyatakan, secara umum luas areal tanaman kakao di Aceh Utara 8.620 hektare. Sementara hasil kakao pertahunnya hanya mampu mencapai 2.680 ton.

"Dari jumlah luasnya areal lahan tanaman kakao tidak sebanding dengan hasil yang didapat. Idealnya, dalam satu hektare, harus mampu menghasilkan sebanyak satu ton/tahun," ujarnya.

Oleh karena itu, dengan adanya program ini mampu menambah produksi kakao di Aceh Utara, karena prospek pasar dan juga lahannya sangat memungkinkan untuk terus dikembangkan di daerah ini, katanya.

Sumber Waspada.co.id

Senin, 08 Agustus 2011

Truk angkut kayu ilegal diamankan

WEDNESDAY, 13 JULY 2011 15:34

LHOKSUKON - Aparat Polres Aceh Utara mengamankan satu truk bermuatan tiga ton kayu ilegal jenis merbau dan damar, di Desa Lueng Angen, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara. Namun sopir dan pemilik kayu gagal ditangkap karena melarikan diri.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid, melalui Wakapolres Kompol Sigit Ali Ismanto, menyebutkan polisi awalnya menerima informasi dari masyarakat ada satu truk bermuatan kayu ilegal melintas dari Langkahan menuju Lhoknibong, Aceh Timur.

Lanjut Wakapolres, petugas segera terjun ke lokasi target. Sayangnya, saat petugas tiba, sopir dan pemilik kayu itu telah duluan kabur dan di lokasi hanya ditemukan satu Colt BL 8514 EL bermuatan 3 ton kayu jenis merbau dan damar.

“Barang bukti truk dan kayu kini kita amankan di Mapolres Aceh Utara. Sementara identitas dan keberadaan sopir dan pemilik kayu, masih kita lidik. Kita akan terus berusaha mencari mareka sampai tertangkap,” tandas Kompol, tadi sore.

Sumber Waspada.co.id

Kamis, 04 Agustus 2011

Puluhan Gajah Rusak Sawit Warga

MONDAY, 04 JULY 2011 16:04

LHOKSUKON – Sebanyak 35 ekor gajah liar merusak tanaman sawit milik petani di Desa Alue Rime, Kecamatan Pirak Timu, dan Desa Alue Lhok, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, Minggu (3/7). Akibatnya, puluhan hektare (ha) lahan sawit plus dua gubuk milik petani rusak diamuk gajah.

Selain itu, petani tidak berani ke kebun, karena masih banyak gajah yang berlalu lalang di perkebunan mereka. Berdasarkan informasi yang diperoleh kemarin, gubuk yang rusak tersebut milik Nurdin dan milik Imum Muhammad. Sedangkan kebun sawit milik Nurdin rusak seluas 5 ha, kebun Imum Muhammad rusak sekitar 4 ha, Abdul Thaleb sekitar 400 pohon, dan belasan hektare milik petani lainnya juga rusak.

Kejadian ini sudah dilaporkan ke DPRK Aceh Utara. Ketua Fraksi Partai Aceh di DPRK Aceh Utara, Abdul Muthaleb, membenarkan pihaknya telah menerima laporan dari masyarakat tentang gangguan gajah. “Kami mendesak agar Pemkab Aceh Utara segera menangani gangguan gajah liar tersebut. Jika tidak, maka puluhan hektare sawit yang sudah berbuah pasir (setahun sejak ditanam -red) akan hancur diamuk gajah liar. Gajah itu harus diusir ke kawasan hutan,” rekom Abdul Muthaleb.

Dia tambahkan, kawanan gajah itu kini berada di kawasan Gunong Angkop, Kecamatan Pirak Timu. “Baru-baru ini, kami sudah bertemu dengan petinggi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh. Mereka siap membantu untuk mengusir kawanan gajah liar. Namun, Pemkab Aceh Utara diminta membantu sharing dana Rp 3 miliar. Itu untuk semua kawasan yang selama ini diamuk gajah liar,” sebut Abdul Muthaleb.

Untuk itu, dalam pembahasan APBK-P 2011 mendatang, Abdul Muthaleb meminta agar Pemkab Aceh Utara mengusulkan anggaran untuk mengusir gajah liar. “Kami di DPRK Aceh Utara siap membantu menyetujui anggaran tersebut. Sebab, gangguan gajah liar ini sudah sangat serius,” sebut Abdul Muthaleb.

Sementara itu, Kabag Humas Aceh Utara, Azhari Hasan, menyebutkan pihaknya siap mengusulkan anggaran untuk mengusir gajah liar itu dalam APBK-P Aceh Utara 2011. “Namun, kami imbau masyarakat juga merawat hutan. Jangan melakukan penebangan liar, sehingga gajah tidak turun ke permukiman warga, karena habitatnya menyempit,” pungkas Azhari Hasan.

Sumber Waspada.co.id

Senin, 01 Agustus 2011

Abrasi Krueng Pantee meluas

WEDNESDAY, 01 JUNE 2011 17:10

PAYA BAKONG, ACEH UTARA - Abrasi sungai (Krueng) Pantee, di kawasan Desa Gunci Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, belakangan ini terus meluas. Selain mengikis lahan warga, belasan rumah yang dibangun di sepanjang bantaran sungai terancam amblas.

Rumah warga yang nyaris jatuh ke sungai, antara lain rumah Abdullah, 60, Antiah, 50, Rasyid, 70, Khadijah, 37, Hamid, 40, dan rumah Tgk Usman, 65. Jarak tepi bantaran dengan rumah tersebut rata-rata hanya tersisa 1 meter. Bahkan, sebagian di antaranya sudah rusak akibat abrasi.

“Kami tidak tenang lagi berada di rumah. Lebih-lebih saat musim hujan. Sebab kalau habis diguyur hujan, tanah dekat sungai sangat labil dan mudah longsor. Jika tidak segera ditanggulangi, mungkin musim hujan mendatang, rumah kami bakal ambruk total,”kata Abdullah.

Hal senada juga disampaikan Antiah. Menurutnya, kondisi abrasi Krueng Pantee sebenarnya sudah sering ditinjau banyak pejabat, termasuk anggota DPR provinsi. Sebagian dari mareka, bahkan berjanji akan segera mengupayakan membangun beronjong, namun sampai sejauh ini janji itu belum terwujud.

Sumber Waspada.co.id

Minggu, 31 Juli 2011

Lima Rumah Nyaris Ambruk ke Sungai

WEDNESDAY, 01 JUNE 2011 07:14

LHOKSUKON - Erosi Krueng Keureuto di Desa Gunci, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara semakin meluas. Akibatnya, lima rumah di desa tersebut nyaris ambruk ke sungai tersebut. Kelima rumah itu masing-masing milik Rasyid (70), Hadijah (40), Usman (65), Abdullah (55), dan Antiah (50).

Dari hasil amatan di lokasi, kemarin, dapur kelima rumah itu sudah miring akibat tergerus erosi dan nyaris ambruk ke sungai. “Apalagi dalam dua hari terakhir daerah kami diguyur hujan deras. Akibatnya, air sungai meluap sampai ke bagian dapur. Sehingga tanah di dekat dapur saya terkikis sehingga dapur nyaris ambruk ke sungai,” jelas Hadijah, warga setempat.

Warga lainnya, Abdullah (55) menyebutkan 20 pohon pinang miliknya tumbang akibat tergerus erosi sungai itu. “Kami harap, pemerintah membantu kami yang rumahnya nyaris ambruk ke sungai. Kami juga berharap pemerintah membangun beronjong di sungai itu, agar rumah dan tanaman kami selamat,” pungkas Abdullah.

Sumber waspada.co.id

Kawanan Landak Rusak Tanaman Sawit

WEDNESDAY, 01 JUNE 2011 08:21

LHOKSUKON - Kawanan landak dalam dua hari terakhir merusak tanaman sawit di Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara. Akibatnya, petani sawit di Desa Pante Bahagia, Peureupok, dan Alue Bieng, kecamatan itu mengeluhkan kondisi tersebut.

“Gangguan landak memang sudah sering terjadi di daerah kami. Namun, dalam dua hari terakhir gangguannya semakin parah. Umumnya, landak memakan akar pohon sawit yang baru saja ditanam. Landak itu datang bergerombolan,” sebut Safrizal, petani asal Desa Peureupok kepada Serambi, kemarin.

Untuk mengatasi gangguan hama itu, menurutnya, selama ini warga telah memagar areal kebun sawitnya. “Tapi, landak tetap saja bisa masuk. Kami sudah bingung bagaimana mengatasi gangguan landak ini. Kami harap, pemerintah mencari solusi terhadap masalah ini,” harap Safrizal.

Ia juga meminta Pemkab Aceh Utara menurunkan tim mensosialisasikan cara penanggulangan gangguan landak yang efektif di kebun sawit. “Sehingga tanaman sawit kami tumbuh subur dan kami tidak merugi,” pungkas Safrizal. Selain di Kecamatan Paya Bakong, landak juga sering mengganggu tanaman sawit milik petani di Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara

Sumber waspada.co.id

Jumat, 29 Juli 2011

Ribuan hektar sawah 28 desa terlantar

MONDAY, 30 MAY 2011 16:10

LHOKSUKON, ACEH UTARA - Ribuan hektar sawah di 28 desa dalam tiga kecamatan di Kab. Aceh Utara, yakni Kec. Pirak Timu, Cot Girek dan Paya Bakong dilaporkan terlantar sejak lima tahun terakhir.

Petani terpaksa membiarkan sawahnya ditumbuhi semak belukar lantaran tidak ada saluran irigasi teknis. Sebelumnya, petani sempat mengolah sawah dengan sistem tadah hujan. Namun karena sering merugi akibat gagal panen, upaya alternatif itu perlahan ditinggalkan dan kini terhenti total.

Data dihimpun di sawah terlantar di Kec. Pirak Timu tersebar di 20 desa, meliputi Meunasah Cemecot, Leupe, Teupin U, Matang Keh, Pange, Geulumpang, Krueng Kreh, Bungong, Reungkam, Trieng, Keutapang, Bili Baro, Ton-ton, Meuncrang, Pucok Alue, Alee Blang, Rime, Siren, Lueng Jalo dan Desa Alue Drien.

Di Kec. Cot Girek tersebar di lima desa, yakni Desa Brandang Asan, Brandang Krueng, Brandang Supeng, Brandang Dayah dan Drien II. Sedangkan di Kec. Paya Bakong, tiga desa, mencakup Desa Alue Lhok, Buket Pidie dan Seunebok Aceh.

“Kini sawah yang terlantar itu rata-rata sudah ditumbuhi semak atau jadi padang ilalang. Paling-paling warga memanfaatkannya untuk tempat gembala ternak atau tempat berkubang kerbau,” kata Keuchik Desa Pange, Abdul Wahab.

Sumber : Waspada.co.id

Senin, 25 Juli 2011

Puluhan Ton Sawit Terancam Busuk

* Tempat Penampungan dalam Perbaikan
Sun, May 22nd 2011, 09:29

LHOKSUKON - Puluhan ton tandan buah segar (TBS) terancam busuk di dalam truk yang sedang mengantri di depan pintu masuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN 1 Cot Girek, Aceh Utara, sejak empat hari terakhir. Manajemen PKS Cot Girek, melarang truk masuk pabrik, karena tempat penampungan buah TBS sedang dalam perbaikan.

Sopir truk pengangkut TBS, Zul Manidar (32) kepada Serambi Sabtu (21/5) menyebutkan pihaknya khawatir buah sawit akan busuk, bila terlalu lama menunggu. “Kami perkirakan, kalau tiga hari lagi tidak diizinkan masuk ke pabrik, dan perbaikan belum selesai dilakukan. Maka, buah sawit akan busuk. Kalau begitu, kami rugi karena terlalu lama antre, petani pemilik sawit juga merugi,” sebut Zul Manidar.

Sementara itu, Manajer PKS Cot Girek, T Irfansyah tak berhasil dikonfirmasi. Handphone yang digunakan tidak aktif. Kepala Tata Usaha PKS Cot Girek, Bustami, menyebutkan satu dari dua tempat penampungan TBS di pabrik tersebut sedang rusak. “Saat ini, hanya ada satu tempat penampungan buah sawit yang ada. Sedangkan satu lagi dalam perbaikan. Mungkin dalam dua hari ke depan sudah selesai. Jadi, tak bisa kita terima semua buah sawit. Kami harap, petani dan sopir truk bersabar,” pungkas Bustami.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 24 Juli 2011

Warga Lepaskan Anak Gajah

Thu, May 19th 2011, 20:31

LHOKSUKON - Seekor anak gajah liar diduga terpisah dengan induknya, Kamis (19/5/2011), ditangkap warga Kampung Cot Girek Lama, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara. Lima jam kemudian dan menjadi tontonan gratis bagi masyarakat, lalu dilepaskan kembali.
Anak gajah itu ditemukan di lapangan bola lingkungan perumahan warga Cot Girek. Kawasan itu padat dengan rumah warga dan diduga anak gajah yang baru enam bulan umurnya itu terpisah dengan induknya, llu dia tertidur karena kecapekan.
Masyarakat khawatir dengan penemuan anak gajah liar tersebut, lalu memberitahukan kepada Dinas kehutanan Aceh Utara. Sebagaimana kata Syamsul Hadi, warga telah mencoba memberitahukan penemuan anak gajah itu pada Kepala Dinas Perkebunan Aceh Utara. Namun, "Pak Edy begitu menerima telpon malah dimatikan HP-nya," kata Syamsul.
Karena masyarakat merasa takut mengamuk induk gajah akibat diikat anaknya yang baru enam bulan itu, lalu pukul 15.00 WIB, digiring kembali ke hutan kwasan hutan Abong-abong.(ibrahim achmad)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 14 Juli 2011

Sejumlah Rumah Masih Terendam Banjir

Wed, May 18th 2011, 09:12

LHOKSUKON - Hujan deras yang terjadi Minggu (15/5) malam hingga Senin (16/5) pagi di Aceh Utara dan Bireuen menyebabkan sejumlah kecamatan di dua kabupaten itu dilanda banjir pada Senin (16/5). Kendati pada Selasa (17/5) banjir di sejumlah kecamatan mulai surut, namun di Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara hingga kemarin belasan rumah warga setempat masih terendam banjir.

Ekses lain dari banjir itu adalah kegiatan belajar mengajar di MTsN 1 Matangkuli, Aceh Utara pada Senin (16/5) terpaksa diliburkan. Amatan Serambi, kemarin, banjir di Kecamatan Matangkuli, Pirak Timu dan Paya Bakong mulai surut. Sedangkan, di Kecamatan Lhoksukon, banjir masih merendam sejumlah rumah di kecamatan itu. “Syukur banjirnya tak terlalu besar, sehingga kami tak harus mengungsi,” ujar Ismail Syahputra (45) warga Desa Beuringen, Kecamatan Lhoksukon, kemarin.

Banjir yang melanda belasan desa dalam empat kecamatan di Aceh Utara terjadi karena meluapnya Krueng Keureutoe akibat hujan deras. Empat kecamatan itu adalah Pirak Timu, Matangkuli, Paya Bakong, dan Lhoksukon itu terjadi Amatan Serambi, ketinggian air mencapai 30 centimeter. Namun, masyarakat memilih bertahan di rumah dan tak mengungsi.

Sementara di Bireuen, akibat banjir itu puluhan rumah dan puluhan hektare sawah dibeberapa kecamatan di kabupaten tersebut terendam banjir. Namun, kemarin air mulai surut. Sejumlah warga, kemarin, terlihat mulai membersihkan rumahnya dari lumpur akibat banjir.

“Kami berharap kepada Pemkab Bireuen segera memperbaiki saluran yang rusak dan tersumbat guna mencegah terjadinya banjir kiriman kembali,” harap Ridwan, warga Cureh, Bireuen.

Banjir juga membuat sejumlah ruas jalan di Kota Lhokseumawe seperti Jalan Darussalam, Jalan Tengku Chik Ditiro, dan Jalan Baru terendam air. Banjir itu terjadi karena saluran pembuang sumbat. “Kami harap pemerintah dapat memperbaiki saluran itu, sehingga banjir tak lagi terjadi di Lhokseumawe,” sebut Nur Afni (40) warga setempat.

Terancam ambruk
Sementara itu, satu jembatan beton di jalan utama Desa Teupin Mane-Simpang Jaya, Kecamatan Juli, Bireuen, yang rusak sejak beberapa tahun lalu belum ditangani. Bahkan, kini jembatan itu terancam ambruk pascahujan deras mengguyur Bireuen dan sekitarnya, Minggu-Senin (15-16/5) malam. “Kami berharap jembatan itu dapat segera direnovasi untuk mencegah korban,” harap Muzamil, warga Teupin Mane, kemarin.(c46/bah/c38)

Sumber : Serambinews.com

Tanggul Krueng Pase Terkikis Erosi

Mon, May 16th 2011, 09:13
* Warga Minta Dibangun Beronjong


Warga berjalan diatas tanggul Krueng Pase, di Desa Tanjong Mesjid, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Sabtu (14/5). Erosi sungai itu telah mengikis sebagian besar tanggul. SERAMBI/MASRIADI

LHOKSUKON - Tanggul Krueng (sungai-red) Pase di Desa Tanjong Mesjid, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, terkikis erosi sungai tersebut. Amatan Serambi, Minggu (15/5) karena terkikis erosi lebar tanggul itu hanya tersisa satu meter lagi. Karena itu warga setempat meminta di lokasi tersebut segera dibangun beronjong. Sebab, jika tak dibangun beronjong bila terjadi banjir lagi tanggul itu akan jebol.

Fauzi (30), warga setempat menyatakan tahun lalu, pihaknya sudah menyampaikan usulan pembangunan beronjong di kawasan itu ke Muspika Samudera agar diterusjan ke Pemkab Aceh Utara. “Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda tanggul dan beronjong itu akan dibangun,” jelas Fauzi.

Camat Samudera, Dayan Albar, menyatakan pihaknya telah mengusulkan pembangunan beronjong di Desa Tanjong Mesjid ke Pemerintah Aceh. “Bahkan, ketika Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf melihat erosi itu akhir Desember 2010 menyatakan siap menampung anggaran pembangunan beronjong itu,” ujar Camat.

Ditambahkan, pihaknya dalam waktu dekat akan menelusuri kembali apakah pembangunan beronjong untuk Desa Tanjong Mesjid sudah dianggarkan provinsi atau belum. “Kabarnya, pembangunan beronjong itu dimasukkan dalam dana tanggap darurat. Namun, belum tahu kapan dibangun. Kita harap, provinsi bisa membantu membangun beronjong di daerah itu,” pungkas Dayan.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 13 Juli 2011

Polisi Amankan Empat Ton Kayu Ilegal

Sat, May 14th 2011, 15:50


POLISI memperlihatkan empat ton kayu ilegal di Mapolres Aceh Utara, Sabtu (14/5/2011). Kayu itu diamankan dari Desa Keude Paya Bakong, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara.SERAMBINEWS.COM/MASRIADI SAMBO

LHOKSUKON – Polres Aceh Utara mengamankan empat ton kayu ilegal, di Desa Keude Paya Bakong, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, Sabtu (14/5/2011) dinihari. Kayu jenis meranti dan merbo itu diamankan di kawasan persawahan desa setempat, sedangkan pemilik kayu sedang diselidiki oleh tim Reskrim Polres Aceh Utara.
Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid BE, melalui Waka Polres, Kompol Sigit Ali Ismanto, kepada Serambinews.com, menyebutkan, pihaknya menerima informasi dari masyarakat tentang keberadaan kayu illegal tersebut.
“Kayu itu disembunyikan di persawahan. Tidak ada jalan menuju ke sawah itu. Sehingga, kita kesulitan mengangkut kayu itu. Bahkan, ada 15 potong lagi yang kita tinggal di lokasi, karena tidak muat mobil. Hari ini, sisa kayu illegal itu kita angkut lagi ke Mapolres,”sebut Waka Polres.
Ditambahkan, selama ini, Kecamatan Paya Bakong masuk dalam pengawasan khusus Polres Aceh Utara. Pasalnya, menurut laporan masyakat, kawasan tersebut banyak terjadi penebangan liar.(masriadi sambo)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 24 Juni 2011

Warga Belasan Desa Krisis Air Bersih

Sat, Apr 30th 2011, 09:16

LHOKSUKON - Warga belasan desa di Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, hingga kini belum bisa menikmati air bersih. Padahal, tahun 2008, aparat dari sejumlah desa di kawasan itu telah mengirim surat kepada PDAM Tirta Mon Pase Aceh Utara, untuk membangun jaringan air bersih ke kawasan tersebut. Namun, hingga saat ini usulan itu belum juga terealisasi.

Desa itu yakni Desa Matang Mane, Matang Serdang, Lhok Beuringen, Lhok Merbo, Alue Papeun, Biara Timu, Biara Barat, Lhok Bintang Hu, Cot Biek, Ulee Glee, Biram Rayeuk, dan Biram Cut.

Sekdesa Matang Mane, Rusli, kepada Serambi, kemarin, menjelaskan, kini mereka menggunakan air sumur hanya untuk mencuci dan mandi. Sedangkan untuk memasak dan minum, terpaksa membeli air bersih dengan harga Rp 5.000 per jeriken karena air sumurnya tak layak minum. “Kami harap, PDAM segera membangun jaringan air bersih ke daerah kami,” harap Rusli yang dibenarkan Keuchik Biara Timu, Nurdin Abdurahman.

Humas PDAM Tirta Mon Pase, Tarmizi AR, mengakui pihaknya telah menerima surat permohonan pembukaan jaringan PDAM ke sejumlah desa di Kecamatan Tanah Jambo Aye dan Seunuddon. Namun, kata Tarmizi, pihaknya tak bisa segera membangun jaringan ke kawasan itu karena tak memiliki dana yang memadai. “Sekarang, kita sedang berupaya melobi pemerintah pusat dan lembaga donor di Jakarta untuk mau mengembangkan jaringan air bersih ke kawasan itu. Kita upayakan tahun depan warga daerah itu sudah bisa menikmati air PDAM,” jelas Tarmizi.

Air PDAM macet
Sementara itu pelanggan PDAM Tirta Krueng Peusangan mengeluh karena suplai air bersih ke kawasan itu sejak Jumat (29/4) sejak pukul 05.00 WIB hingga sore kemarin macet. Sehingga mereka kesulitan memperoleh air bersih terutama untuk konsumsi, mandi, mencuci, dan berbagai keperluan lainnya. Daerah yang air PDAM-nya macet anatara lain Kecamatan Juli, Kota Juang, Jeumpa, Kuala, Peusangan, Jangka, dan Kutablang.

“Kami hari ini (kemarin-red) tidak bisa mandi, mencuci, dan hal lain karena air PDAM ngadat. Kami kewalahan mencari air bersih lain lantaran kebutuhan air bersih kami hanya berharap dari PDAM. Jika pun untuk minum kami terpaksa membeli air isi ulang, ke depan kami berharap, jika suplai air macet, PDAM hendaknya memberitahu kepada pelanggan melalui media massa atau pengumuman yang ditempel di tempat-tempat umum,” ujar Maldi, warga Cot Gapu.

Dirut PDAM Tirta Krueng Peusangan, Isfadli, mengakui hal tersebut. Dikatakan, macetnya supali air ke pelanggan karena air Krueng Peusangan keruh. Karena saat diolah airnya tak kunjung bersih, kata Isfadli, sehingga pihaknya terpaksa memutuskan sementara suplai air ke pelanggan. “Kami meminta maaf kepada pelanggan atas kejadian ini dan kami akan berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan,” katanya.(c46/c38)

Sumber : Serambinews.com

Erosi Mengganas, Pompa Air Terancam Ambruk ke Sungai

Fri, Apr 29th 2011, 09:06

LHOKSUKON - Erosi sungai disejumlah desa di Kecamatan Sawang, Aceh Utara akhir-akhir ini semakin mengganas. Selain puluhan meter kebun ambruk ke sungai, kini mesin pompa air di Meunasah Krueng Baro juga terancam mengalami nasib serupa.

“Selama ini pompa air itu dimanfaatkan untuk mengaliri air ke sawah. Jika ambruk, ratusan hektare di kawasan kami tak bisa digarap lagi,” kata Keuchik Lhok Bayu, Zulkifli kepada Serambi, Kamis (28/4).

Menurutnya, warga desanya juga sudah kali memindahkan lokasi pompa air supaya tdak ambruk ke sungai akibat mengganasnya erosi. “Sebelumnya tidak terlalu parah, tapi karena tak ada pancangan sejak awal, di lokasi tertentu sudah seratusan meter kebun warga yang ditanami kakao, pinang dan kelapa serta tanaman lain ambruk ke sungai,” katanya yang dibenarkan Mustafa Kamal (28), warga Lhok Kuyuen.

Dirincikan, desa yang terkena erosi itu di antaranya, Desa Krueng Baro, Lhok Bayu, Lhok Kuyuen, Paya Rabo, dan Rambong Payong dan Desa Lhok Gajah. Namun, erosi di Lhok Gajah kini sudah tertangani setelah dibangun beronjong. Karena itu, Zulkifli berharap dinas terkait segera mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

“Jika tidak, kita prediksikan erosinya makin parah. Bahkan, kini di lokasi tertentu rumah warga makin dekat dengan pinggir sungai yang terkena erosi,” katanya.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 21 Juni 2011

Kementerian BUMN Akan Revitalisasi Perkebunan di Aceh

Wed, Apr 20th 2011, 07:56

BANDA ACEH - Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui PTPN-I akan melaksanakan revitalisasi perkebunan di Kabupaten Aceh Utara seluas 2.950 hektare pada 2014 mendatang dalam rangka meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Kepala Humas dan Informasi Kabupaten Aceh Utara, Azhari Hasan, di Lhokseumawe, Selasa (19/4) mengatakan, kepastian revitalisasi perkebunan tersebut diketahui setelah pertemuan antara Bupati Aceh Utara Ilyas A Hamid dengan Direktur Utama PTPN-I di Medan, Sumatera Utara Medan, belum lama ini.

Kementerian BUMN sebagai pencetus dan pelaksana program revitalisasi perkebunan di Kabupaten Aceh Utara bertekad akan menyelesaikan pelaksanaan program tersebut pada 2014. Kedua pihak yakni Pemkab Aceh Utara dan Management PTPN-I selaku perpanjangan tangan BUMN sebagai pelaksana program berupaya mencari berbagai solusi dan masukan untuk kelancaran pelaksanaan percepatan penyelesaian program revitalisasi itu.

Azhari menambahkan, Pemkab Aceh Utara telah menyediakan lahan untuk program revitalisasi seluas 2.950 haktare yang tersebar di sejumlah kawasan kecamatan yakni, Kecamatan Langkahan, Geureudong Pase, Tanah Luas, Lhoksukon, Paya Bakong dan Kecamatan Meurah Mulia. “Jadi, revitalisasi perkebunan kini menjadi prioritas penting untuk tumbuhnya perekonomian masyarakat disamping adanya penyerapan tenaga kerja,” katanya.

Rapat kedua pihak ini, bukan hanya membahas percepatan revitalisasi perkebunan saja, tapi dalam kesempatan itu juga Pemkab Aceh Utara juga mencari solusi terhadap ketergantungan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Migas yang setiap tahunnya semakin menurun. Oleh sebab itu kata Azhari, Pemkab Aceh Utara mengharapkan kepada Management PTPN-I untuk secepatnya merealisasikan keinginan dari Kementrian BUMN terhadap penyelesaian revitasliasi sesuai target yakni tahun 2014.

Dari Pemkab Aceh Utara sendiri, tambah Azhari, bersama DPRK setiap tahunnya mengalokasikan anggaran untuk perkebunan rakyat dan pertanian di dalam APBK sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

Alokasi anggaran tersebut dikarenakan potensi geografis wilayah Aceh Utara sangat menjamin kehidupan perkebunan disamping sarana inprastuktur seperti jalan penghubung telah dibangun untuk kelancaran transportasi. Dalam kesempatan itu juga pihak PTPN-I juga meminta kepada semua pihak untuk mendukung kelancaran program ini demi kesejahtraan khususnya masyarakat Aceh Utara itu sendiri dan umumnya Provinsi Aceh, kata Azhari Hasan. (ant)

Sumber : Serambinews.com

Polisi Langkahan Amankan Dua Ton Kayu

Tue, Apr 19th 2011, 16:04

LHOKSUKON – Dua ton kayu diamankan petugas Polsek Langkahan, Aceh Utara, Selasa (19/4). di kawasan Desa Tanjung Dalam. Jenis kayu Merbo dan damar itu sampai saat ini belum diketahui pemiliknya. Diduga hasil penebangan liar di kawasan Aceh Timur, dan dibawa melalui Kecamatan Langkahan, Aceh Utara.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid BE, melalui Kapolsek Langkahan, Ipda M Jafaruddin SE, kepada Serambinews.com, menyebutkan sekitar pukul 04.00 dinihari mereka melakukan patroli rutin. Mereka temukan satu truk Colt Diesel bernomor polisi BK 9216 BE terparkir di pinggir jalan.

Setelah diperiksa, isinya kayu jenis merbo dan dama. "Kita curiga, maka truk yang berisi kayu itu diamankan ke Mapolsek Langkahan. Kami curiga, sopirnya mengetahui kedatangan polisi, lalu kabur,” sebut Kapolsek. (masriadi sambo)

Sumber : Serambinews.com

Lima BUMN Siap Hidupkan Kembali PT AAF dan KKA

Mon, Apr 18th 2011, 10:16


Anggota Komisi VI DPR RI, Muhammad Azhari M Hum (pakai topi baju putih), meninjau Pabrik PT AAF di Desa Keude Krueng Geukuh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, Minggu (17/4). PT AAF akan dihidupkan kembali dan digabungkan dengan PT Pupuk Iskandar Muda.SERAMBI/MASRIADI

LHOKSUKON - Lima Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyaatakan siap ambil bagian dalam proses menghidupkan kembali PT Aceh Asean Ferlizer (AAF) dan PT Kertas Kraf Aceh (KKA). Kelima BUMN itu yakni PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), PT Semen Gresik, PT Perhutani, PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, dan PT Arun NGL.

“Sejak 31 Maret 2011, lima BUMN itu sudah resmi bergabung untuk menghidupkan kembali PT AAF dan KKA. PT PIM menjadi induk dari perusahaan pupuk di Aceh. Jadi, PT AAF nantinya akan menjadi PT PIM III. Sehingga, PIM memiliki PIM I, PIM II, dan PIM III,” jelas anggota Komisi VI DPR RI asal Aceh, Muhammad Azhari dalam pertemuan dengan Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT PIM, Usman Mahmud, di Kompleks PT PIM, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, Minggu (17/4) kemarin.

Dikatakan, PT Tambang Batu Bara Bukit Asam nanti akan memasok batu bara sebagai bahan baku memproduksi pupuk. PT Perhutani akan memasok kayu pinus untuk bahan baku pembuatan kertas di PT KKA. Sementara PT Semen Gresik membeli kertas yang diproduksi PT KKA. Sedangkan PT Arun, pada 2012 mendatang akan menjadi terminal penyimpanan gas, untuk memasok gas pada pabrik pupuk dan industri lainnya di Aceh.

“Semuanya sudah disetujui oleh sembilan fraksi di DPR RI. Bahkan, Presiden SBY mengamanahkan agar industri di Aceh tetap hidup, bagaimana pun caranya,” ujarnya.

Ditambahkan, 31 Maret 2011 DPR RI telah menyetujui penambahan modal negara (PNM) Rp 1,31 triliun untuk PT PIM. Selain itu, tahun ini juga diberikan dana sebesar Rp 165 miliar untuk perawatan mesin dan instalasi pipa milik PT AAF. “Tambahan modal bagi PT PIM nanti akan digunakan untuk menghidupkan kembali PT AAF. Terkait penggunaan dana itu, kita minta PT PIM menyiapkan perencanaan bisnisnya,” kata politisi Partai Demokrat itu.

Khusus untuk PT KKA, menurutnya, investor Finlandia siap menanamkan modal 80 Juta Dolar AS untuk menghidupkan kembali perusahaan itu. “Kedatangan saya ke mari sekaligus untuk melihat kesiapan PT PIM untuk mengambil alih PT AAF serta melihat kondisi PT AAF dan PT KKA,” kata Azhari.

Sementara Usman Mahmud menyatakan PT PIM telah siap menghidupkan kembali PT AAF. “Saat ini, tim likuidator sedang melakukan proses penyerahan PT AAF kepada PT PIM. Mereka butuh waktu enam bulan ke depan untuk menyerahkan PT AAF ke PIM,” ujar Usman.

Setelah diserahkan oleh tim likuidator ke PIM, menurutnya, PT PIM membutuhkan waktu satu setengah tahun lagi untuk menghidupkan PT AAF. Karena, banyak mesin, pipa bawah tanah, dan reaktor pabrik itu yang harus diperbarui. Kini, kondisi mesin di AAF sebagian besar sudah tidak bisa digunakan lagi,” katanya seraya berharap proses menghidupkan PT AAF bisa berjalan seperti yang telah disepakati PT PIM, DPR RI, dan Kementerian BUMN RI.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 13 Juni 2011

Revitalisasi Kebun Sawit Masyarakat Dipercepat

Sun, Apr 17th 2011, 07:58

LHOKSUKON - Kementerian BUMN Jakarta mempercepat pelaksanaan program revitalisasi (proses menghidupkan atau menggiatkan kembali-red) perkebunan sawit milik masyarakat di Aceh Utara. Sebelumnya, program itu direncanakan harus siap tahun 2016, kini dipercepat menjadi tahun 2014.

Hal itu disampaikan Bupati Aceh Utara, Ilyas A Hamid, kepada Serambi, kemarin, mengutip pernyataan Menteri BUMN Mustafa Abubakar dalam rapat Koordinasi dengan dirinya dengan PTPN-I di Jakarta, Jumat (15/4). “Percepatan itu dilakukan mengingat luas areal yang diplot mencapai 2.950 hektare disejumlah kecamatan di Aceh Utara,” ujarnya.

Dengan program revitalisasi itu, kata Ilyas, nantinya akan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat yang terpuruh akibat konflik di Aceh. Apalagi, setelah gas di bumi Aceh Utara habis, tentunya sektor pertanian menjadi primadona. “Program revitalisasi tersebut terlaksana berkat kerja sama dengan dinas perkebunan, dinas pertanian, PTPN-I, dan pihaknya lain,” timpal Ilyas.

Untuk mendukung program tersebut, tambahnya, setiap tahun bupati bersama DPRK Aceh Utara menempatkan dana APBK untuk pengembangan perkebunan masyarakat, walau jumlahnya terbatas sesuai kemampuan daerah. “Maklum saja potensi geografi Aceh Utara yang begitu luas, selain itu sarana infra truktur juga mendadak membutuhkan dana perbaikan secara menyeluruh,” kata Ilyas.(ib)

Sumber : Serambinews.com

Warga Tangkap Piton Pemangsa Sapi

Fri, Apr 15th 2011, 16:41


WARGA Desa Alue Rimee, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, Jumat (15/4/2011), memperlihatkan seekor ular piton dengan panjang 8,5 meter dan berat 160 kilogram yang ditangkap dari kebun warga setempat. Ular itu telah memangsa puluhanapi dan kambing.MASRIADI

LHOKSUKON – Warga Desa Alue Rimee, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, Jumat (15/4/2011), menangkap seekor ular piton dengan panjang 8,5 meter dan berat 160 kilogram di salah satu kebun kacang milik warga setempat.
Raja, warga Desa Alue Rimee, kepada Serambinews.com, menyebutkan, mereka menangkap ular itu secara tidak sengaja. “Saat kami berkebun, terpijak ular. Ketika kami lihat, ular piton sangat besar sekali. Tidak sanggup bergerak, sepertinya sangat kenyang, sehingga sulit bergerak,” sebut Raja.
Disebutkan, ular itu diduga telah memakan sapi sebanyak sepuluh ekor dan kambing sebanyak lima ekor dalam kurun waktu setahun terakhir.(masriadi sambo)
--
Editor: ibrahim ajie

Senin, 06 Juni 2011

PKS Cot Girek Beroperasi Lagi

Mon, Apr 4th 2011, 09:17

LHOKSUKON - Setelah terhenti sehari lantaran dikabarkan terjadi kerusakan pada komponen mesin, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Cot Girek, Aceh Utara, Minggu (3/2), kembali beroperasi. Pabrik itu adalah milik PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1) Langsa.

Kabag Humas PTPN 1 Langsa, Hasan Basri menjelaskan, tak ada kerusakan pada komponen mesin, tapi hanya perawatan biasa. “Biasanya, kita lakukan perawatan setiap hari Minggu. Namun karena kita lihat kondisi mendesak, makanya hari Sabtu kita lakukan perawatan pada salah satu boiler (tempat memasak sawit),” katanya kepada Serambi, Minggu (3/4).

Saat ini, menurutnya, PKS sudah beroperasi kembali. Ditambahkan, saat ini pihaknya akan menggiling buah sawit yang sudah masuk ke pabrik lebih dulu. Pabrik itu mampu memproduksi 30 ton per jam minyak goreng. “Kalau tidak kami prioritaskan yang di pabrik, buah itu bisa busuk. Kemudian baru sawit yang masuk belakangan. Kami harap, pemilik sawit sabar mengantre. Semua kita layani sesuai prosedur,” pungkas Hasan.

Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu mesin penggiling di PKS Cot Girek dilaporkan rusak. Akibatnya, puluhan truk yang membawah tandan buah segar (TBS) harus antre di depan perusahaan itu karena tak diizinkan masuk.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 05 Juni 2011

Pabrik PKS Rusak, Produksi Terhenti

Sat, Apr 2nd 2011, 16:11

LHOKSUKON – Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Cot Girek, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara, dinyatakan rusak. Akibatnya, pabrik pengolah minyak goreng itu tidak berproduksi. Informasi yang dihimpun Serambinews.com, Sabtu (2/4/2011), menyebutkan kerusakan mesin pabrik itu terjadi, Sabtu (2/4/2011) dinihari.
Akibatnya, puluhan truk pengangkut tandan buah segar (TBS) sawit menumpuk di depan pabrik tersebut. Salah seorang pemilik TBS, Abdurahman (46) warga Desa Keude Panton Labu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, kemarin, menyebutkan pihaknya tidak diberitahun oleh manajemen PKS Cot Girek terkait adanya kerusakan pabrik itu.
Sementara itu, dihubungi terpisah, Kepala Bagian Humas PKS Cot Girek, Akob, menyebutkan dirinya tidak mengetahui terjadi kerusakan pabrik. “Saya tidak tahu. Saya sedang sekolah saat ini di luar Aceh Utara. Mungkin, karena kerusakan malam hari, jadi terpaksa diberitahu pagi hari,” ujar Akob.
Sementara itu, Manajer PKS Cot Girek, Irfansyah tidak berhasil dikonfirmasi. Nomor handphone yang biasa digunakan tidak aktif, pesan singkat yang dikirimkan Serambi, terkait kapan beroperasi kembali pabrik itu dan mengapa tidak diberitahu kerusakan pada konsumen, hingga berita ini dikirimkan kemarin sore juga belum dibalas oleh Irfansyah. (masriadi sambo)

sumber : Serambinews.com

Pemkab Diminta Perbaiki Jalan Rusak

Sat, Apr 2nd 2011, 10:16

LHOKSUKON - Warga Langkahan, Aceh Utara meminta pemkab setempat segera memperbaiki jalan sepanjang 11 kilometer menuju kawasan yang kini kondisinya rusak parah. Permintaan itu disampaikan sejumlah tokoh masyarakat dan perangkat desa di kecamatan tersebut dalam pertemuan dengan Bupati Aceh Utara Ilyas A Hamid yang berkunjung ke kawasan itu, Kamis (31/3) sore.

Dalam pertemuan yang berlangsung di kantor camat setempat dan dipandu Camat Langkahan, Amir Hamzah, warga juga meminta pemkab menyediakan handtraktor bantuan bagi mereka. Karena, menurut warga, karena kekurangan handtraktor, selama ini masa tanam di kecamatan itu tak serentak. Akibatnya, setiap tahun padi di kawasan tersebut nyaris gagal penen atau hasilnya tak mencapai target.

Masyarakat juga mengeluhkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dinilai tak adil. Buktinya, bantuan sering tak tepat sasaran. “Ke depan, kami berharap pemerintah hendaknya memberikan bantuan modal usaha kepada orang yang benar-benar membutuhkannya,” kata beberapa warga dalam pertemuan yang tak terencana itu.

Menanggapi permintaan masyarakat, Bupati menyatakan pihaknya dan DPRK setiap tahun menganggarkan dana kepentingan publik sesuai kebutuhan. Seperti jalan dalam kabupaten, irigasi, perkebunan dan pertanian. Hanya saja, menurut Ilyas, karena kebutuhannya semua serentak sehingga harus dibagi rata, meskipun bantuannya tidak sesuai dengan keinginan masyarakat.

Terkait handtraktor, Bupati berjanji akan coba dianggarkan. Namun, menurutnya, hal itu harus dimusyawarahkan dulu dengan pihak terkait seperti DPRK bagaimana mekanisme pengadaannya. “Tapi, kita akan upayakan semua keluhan masyarakat untuk ditanggapi dengan dicari solusi terbaik,” ujar Ilyas.(ib)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 26 Mei 2011

Minyak Tanah Langka di Aceh Utara

Thu, Mar 31st 2011, 09:24

LHOKSUKON - Minyak tanah di sejumlah kecamatan dalam Kabupaten Aceh Utara dilaporkan langka dalam dua pekan terakhir. Harga jualnya juga naik menjadi Rp 4.600 hingga Rp 5.000 per liter.

Penelusuran Serambi, Selasa (29/3), kelangkaan antara lain terjadi di Kecamatan Samudera, Syamtalira Aron, dan juga Meurah Mulia. Pemilik pangkalan di Kecamatan Samudera ketika ditanyai terkait kelangkaan ini mengatakan kalau jatah minyak yang dia terima memang tidak mencukupi.

“Minyak yang diberikan untuk kami hanya satu mobil, sehingga dalam sehari sudah habis,” kata pemilik pangkalan tersebut. Warga setempat, Rasyidah mengaku sudah mencoba untuk mencari minyak tanah ke sejumlah agen resmi. Namun pihak pangkalan menyebutkan stok minyak sudah habis, sehingga terpaksa membeli pada pedagang pengencer dengan harga mencapai Rp 4.600 sampai Rp 5.000 per liter.

“Kalau kita beli di pedagang pengencer dua sampai tiga liter harganya mencapai Rp 5.000. Kecuali dibeli dalam jumlah yang banyak baru didapat dengan harga Rp 4.600,” ungkapnya.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Warga Tolak Perpanjangan HGU PTSY

Wed, Mar 30th 2011, 17:03

LHOKSEUMAWE – Masyarakat Desa Meunasah Dayah, Kecamatan Simpang Keuramat, Aceh Utara, menyurati Badan Pertahanan Nasional (BPN) Aceh di Banda Aceh, agar tidak memperpanjang izin Hak Guna Usaha (HGU) perusahaan PT Satya Agung (PTSY) di desa mereka.

Surat yang dilayangkan kepada BPN, berisi agar HGU PTSY seluas 1.913,25 Ha yang masanya telah berakhir Desember 2010 lalu,supaya tidak diperpanjang. Surat itu ditandatangani kepala desa, imum gampong, ketua peutuha peut, dan ketua pemuda. Surat itu juga ditembuskan kepada Gubernur Aceh, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh, DPRA, Bupati Aceh Utara dan BPN Aceh Utara.

“Kalau tanah yang dijadikan HGU dulunya adalah kebun masyarakat, jadi sudah sepantasnya tanah tersebut saat ini dikembalikan ke masyarakat,” tegas Kepala Desa Meunasah Dayah, Saiful Bahri, kepada Serambinews.com, Rabu (30/3).(saiful bahri)

Sumber : Serambinews.com

Zaratex Lakukan Ujicoba Seismik

Wed, Mar 30th 2011, 09:10

LHOKSUKON - Zaratex NV, perusahaan yang melakukan survei minyak dan gas disejumlah kecamatan di Aceh Utara, Selasa (29/3) melakukan ujicoba seismik di Desa Paya Bunyot, Kecamatan Bandar Baro, Aceh Utara. Kegiatan itu dihadiri unsur Muspida Aceh Utara serta tokoh masyarakat setempat.

Untuk diketahui, seismik adalah pencarian data terhadap kandungan sumber hydrocarbon (migas) yang ada di bawah bumi atau melakukan pemetaan stuktur di bawah permukaan bumi untuk melihat kemungkinan adanya jebakan minyak dengan pengeboran dan peledakan bahan peledak (handak).

Kolsultan Zaratex, Karman Simajuntak kepada wartawan usai kegiatan itu menyatakan, ujicoba seismik itu dilakukan untuk memperlihatkan kepada masyarakat bagaimana pihak Zaratex melakukan survei migas nantinya. Dalam ujicoba kemarin, sebut Karman, pihaknya melakukan pengeboran dan peledakan ditiga lokasi. Untuk lokasi yang jaraknya 50 meter dari rumah warga, kata Karman, bahan peledak (handak) yang digunakan ukuran 0,5 kilogram, untuk jarak 150 meter menggunakan bahan peledak dua kilogram, dan jarak 200 meter menggunakan handak tiga kilogram.

“Dari tiga lokasi yang kita ujicoba seismik, tak terjadi kerusakan atau dampak dari getaran peledakan handak dalam lobang pengeboran. Bahkan nantinya, handak itu akan dapat memperbaiki tekstur tanah,” jelasnya. “Hasil rekaman ujicoba ini akan dikirim ke Jakarta untuk diteliti apakah di bawah tanah ada mengandung gas atau tidak. Namun kini kita masih dalam tahap survei,” pungkasnya.

Pertanyakan janji
Sementara Ketua Lembaga Serikat Koordinator Aliansi Buruh (LSK AB) Aceh Utara, Ishak Langkawi, meminta Zaratex menepati janjinya. Sebab, menurut Ishak, sebelumnya pihak Zaratex NV menyatakan akan merekrut tenaga kerja 720 orang dari 13 kecamatan di Aceh Utara mulai dari pekerjaan Topo (pemetaan lokasi wilayah), Perintisan dan Drilling (pengoboran). Namun, hingga belum diperjakan.

Party Chief PT Saripari Geosains yang bekerja sama dengan Zaratex, Willy Cumentas mengatakan pihaknya sudah menyarankan kepada muspika untuk berkoordinasi dengan tiga perusahaan lokal agar merekrut tenaga kerja dari warga setempat.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Dewan Minta Blokir Jalan Paya Bakong Dibuka

* Sempat Dibuka OTK
Wed, Mar 30th 2011, 09:08

LHOKSUKON - Kalangan anggota DPRK Aceh Utara meminta masyarakat membuka blokir jalan di Desa Blang Gunci, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara. Pasalnya, dana untuk pembangunan jalan itu Rp 4 miliar telah dianggarkan dalam APBA.

“Kita harap masyarakat bisa membuka blokir jalan itu. Karena, itu untuk kepentingan masyarakat juga. Pengumuman tender pembangunan jalan itu juga telah diumumkan di Harian Serambi Indonesia beberapa waktu lalu,” pinta Ketua Komisi C DPRK Aceh Utara Khaidir Abdurahman, kepada Serambi, kemarin.

Dikatakan, pihaknya dalam waktu dekat juga akan turun ke lokasi pemblokiran jalan itu untuk menampung aspirasi masyarakat. “Sekali lagi kita berharap jalan itu segera dibuka,” ujarnya.

Dibuka OTK
Sementara itu, sekitar sekitar pukul 03.00 WIB Selasa (29/3) blokir jalan tersebut dibuka orang tak dikenal (OTK). Blokir yang terdiri dari pohon kelapa, dan drum dilempar OTK ke pinggiran sungai desa tersebut. “Kesepakatan warga di 12 desa di Kecamatan Paya Bakong jalan itu takkan kita buka, kalau jalan belum mulai dibangun,” ujar Khairul (27) warga Matang Payang, Paya Bakong.

Ia meminta pihak Pemkab dan DPRK Aceh Utara turun ke lokasi untuk menjelaskan apakah anggaran dari APBA untuk pembangunan jalan itu benar-benar ada atau tidak.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid BE melalui Kapolsek Paya Bakong, Idris, menyebutkan pihaknya sudah turun ke lokasi pemblokiran jalan itu. “Kami harap masyarakat jangan anarkis dan masalah ini bisa diselesaikan secara arif. Muspika Paya Bakong dan Muspida Aceh Utara terus mencari solusi agar masalah jalan itu segera selesai,” jelas Kapolsek.

Seperti diberitakan sebelumnya, masyarakat memblokir jalan dari Desa Keude Paya Bakong sampai ke Desa Pante Bahagia, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara sejak Februari 2011. Mereka baru membuka jalan itu, bila sudah jelas kapan jalan itu dibangun.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 09 Mei 2011

PTPN Larang Pembangunan Kios

Warga Kampung Tempel Kecewa
Sun, Mar 27th 2011, 08:52

LHOKSUKON - Warga di Desa Kampung Tempel, Kilometer 12, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara merasa kecewa dengan sikap PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1) Cot Girek. Pasalnya, perusahaan tersebut melarang warga setempat untuk membangun kios di areal perkebunan yang masuk dalam kawasan Pasai Ikan Cot Girek. Padahal, menurut warga tanah itu telah diserahkan ke Pemerintah Aceh Utara.

“Kita berencana membangun kios di Pasar Ikan Cot Girek. Namun, PTPN melarang karena akan menanam pohon sawit di tanah itu,” sebut Muhammad Yahya (55) warga Kampung Tempel, Kecamatan Cot Girek, Sabtu (26/3).

Muhammad dan beberapa warga lain menganggap PTPN 1 telah bersikap tidak adil, karena mereka memberikan izin membangun kios untuk Desa Alue Seumambu, Kecamatan Cot Girek. “Ini namanya tidak adil, desa lain boleh, kami tidak boleh,” sebut Muhammad.

Sementara itu, Kepala Desa Desa Kampung Tempel, Hasanuddin menyatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak kecamatan terkait rencana membangun kios itu. Menurut pihak kecamatan, tanah itu boleh digunakan. “Kami bangun hanya hak guna saja. Nanti, suatu saat Pemerintah Aceh Utara membutuhkan, maka masyarakat akan mengembalikan,” sebut Hasanuddin.

Sayangnya, hingga berita ini ditulis, Serambi belum memperoleh konfirmasi dari pihak PTPN 1 Cot Girek. Saat Serambi ke kantor perusahaan tersebut, sejumlah pekerja menyebutkan manajer PTPN 1 Cot Girek, Idris Harun, sedang berada di luar kantor. Mereka juga mengaku tidak memiliki nomor handphone Idris Harun.

Selain itu, upaya konfirmasi juga telah ditempuh dengan menghubungi Humas PTPN 1 Langsa sebagai induk perusahaan PTPN 1 Cot Girek. Namun, humas perusahaan itu, Hasan Basri tidak mengangkat teleponnya. Hingga sore kemarin, ia juga tidak membalas pesan singkat yang dikirimkan Serambi.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Diserang Babi, Puluhan Hektare Ubi Rusak

Sat, Mar 26th 2011, 13:10

LHOKSUKON - Dalam sepekan terakhir, hama babi menyerang tanaman ubi di dua desa dalam Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara. Akibatnya, puluhan hektare tanaman ubi di Desa Pante Bahagia dan Alue Bieng, kecamatan setempat rusak. “Biasanya, hanya sedikit hama babi itu. Setelah dipasang racun, langsung hilang. Tapi, kali ini tak hilang sama sekali,” ujar Safrizal (25), warga Pante Bahagia.

Keluhan senada juga disampaikan Maimun Iskandar (34) warga lainnya. Akibat serangan hama babi itu, menurut Maimun, hasil panen ubi dari Kecamatan Paya Bakong pasti akan menurun. “Karena, sebagian besar tanaman sudah rusak sebelum panen,” kata Maimun. Karena itu, mereka berharap Dinas Pertanian Aceh Utara bisa membantu mengatasi masalah hama babi di daerah tersebut.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 04 Mei 2011

Perburuan Landak Marak di Aceh Utara

Wed, Mar 23rd 2011, 09:12

LHOKSUKON - Perburuan landak di pedalaman Aceh Utara semakin marak dilakukan masyarakat setempat dengan tujuannya dagingnya dijual ke Medan, Sumatera Utara. Informasi yang dihimpun Serambi, di Keude Paya Bakong, Aceh Utara, Selasa (22/3) pemburu landak itu datang dari berbagai daerah di Aceh Utara. “Tiap hari ada saja masyarakat yang memburu landak. Umumnya, masyarakat yang berburu itu dari luar Kecamatan Paya Bakong,” sebut seorang warga yang tidak mau namanya ditulis.

Dikatakan, daging dan kulit landak itu dijual ke Medan yang akan digunakan sebagai bahan obat-obatan. “Kata orang yang berburu, daging landak sekilo bisa laku Rp 150.000,” katanya.

Sementara Direktur Selamatan Isi Alam, Flaura dan Fauna (Silfa) Irsadi Aristora, menyebutkan landak merupakan satwa yang dilindungi pemerintah. “PP No 7/1999 tentang Perlindungan Satwa Liar jelas menyebutkan landak sebagai hewan yang dilindungi. Jadi, tidak bisa diburu dan dibunuh,” ujarnya.

Dikatakan, perburuan landak juga terjadi di Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tamiang, Aceh Timur dan Aceh Utara. “Kita sudah berulangkali menyampaikan agar Pemerintah Aceh dan pemerintah di kabupaten/kota melakukan sosialisasi terhadap satwa dilindungi. Orang masih mengira landak bukan satwa dilindungi. Jika hal itu dibiarkan, maka lambat laun landak di Aceh akan habis,” timpal Irsadi.

Ia berharap, Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota menghentikan perburuan landak. “Polhut harus aktif mencari pemburu satwa dilindungi itu. Kita harap, pemerintah lebih aktif menangkap pemburu hewan yang dilindungi pemerintah itu,” pungkasnya.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Zaratex Janji Bayar Kebun Rusak akibat Survei

Tue, Mar 22nd 2011, 09:00

LHOKSEUMAWE - Pihak Zaratex NV berjanji akan membayar kompensasi kepada warga yang kebunnya dilintasi tim perusahaan tersebut yang melakukan survei untuk eksplorasi (proses pencarian sumber minyak dan gas) di sejumlah kecamatan di Aceh Utara. Perusahaan itu juga akan membayar tanaman yang rusak akibat survei tersebut.

Janji itu disampaikan Company Representative Zaratek NV, Eri Wahab dan konsultan perusahan itu, Karman Simajuntak, dalam pertemuan dengan anggota Komisi B DRPK Aceh Utara di gedung DPRK setempat, Senin (21/3). “Sampai sekarang kita terus lakukan sosialisasi ke sejumlah kecamatan yang akan dilintasi tim survei. Tujuannya agar masyarakat tahu proses survei yang dilakukan Zaratex. Sehingga tak terjadi masalah dikemudian hari” jelas Eri.

Konsultan Zaratex Karman juga menyatakan, pihaknya akan melakukan survei dengan sebaik mungkin sehingga tak membahayakan lingkungan dan warga. Menurut Karman, pengeboran yang akan dilakukan pihaknya pada kedalaman sekitar 27 meter. Sehigga nanti takkan membahayakan lingkungan meski menggunakan bahan peledak (handak). “Karena bahan kimia yang kita gunakan itu dapat memperbaiki tekstur tanah. Selain itu, diameter lobang untuk pengeboran itu hanya sekitar tiga inci” timpalnya.

Jika terjadi kerusakan tanaman, Karman berjanji pihaknya akan membayar kompensasi kepada warga. Bahkan lahan warga yang dilintasi untuk proses survei itu juga akan dibayar kompensasi. “Jaminannya adalah reputasi perusahaan kami,” tegas Karman.

Sebelumnya anggota komisi B DPRK Aceh Utara mempertanyakan survei migas yang dilakukan Zaratex di sejumlah kecamatan di Aceh Utara. “Mereka kita panggil untuk meminta penjelasan tentang survei itu. Karena sebelumnya ketika mereka melakukan survei di kawasan pantai Aceh Utara, banyak rumpon milik nelayan yang rusak sehingga timbul masalah. Bahkan, kemudian nelayan mengadu ke DPRK,” kata Wakil Ketua Komisi B DPRK Aceh Utara, Anwar Sanusi kepada Serambi, kemarin.

Selain perwakilan Zaratex NV, pertemuan tersebut dipimpin anggota Komisi B DPRK Aceh Utara, Munawir itu turut hadiri sejumlah camat dan para kepala SKPK setempat.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 03 Mei 2011

Pembangunan Jalan Meurah Mulia Harus Dilanjutkan

Mon, Mar 21st 2011, 09:12

LHOKSUKON - Warga memprotes pembangunan jalan Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara sepanjang enam kilometer yang sampai sekarang tak kunjung diselesaikan. Padahal, dana untuk pembangunan jalan itu telah diplot dalam anggaran APBK setempat. Karena itu, warga menilai pemkab kurang peduli, sehingga tak menindak kontraktor ‘nakal.’

Saat ini, kondisi jalan berbatu dan berdebu, sehingga mengancam kesehatan masyarakat yang melintas atau warga yang tinggal di pinggir jalan itu. “Apalagi, jalan tak pernah disiram,” ujar Hamdani, warga Meurah Mulia, kepada Serambi, kemarin.

Berdasarkan informasi didapatnya, kata Hamdani, jalan itu dibangun secara multi years oleh Pemkab Aceh Utara pada tahun 2009-2011. Namun, lanjutnya, saat pengerjaan pertama tahun 2009, pelaksana hanya menimbun jalan dengan tanah bercampur bebatuan. Setelah ditimbun, sebut Hamdani, ternyata jalan itu tidak pernah dibangun lagi. Makanya sekarang berdebu dan kerikil di jalan sudah terangkat ke permukaan sehingga membahayakan warga. “Kami berharap pembangunan jalan tersebut dapat segera dilanjutkan, jangan lagi diterlantarkan,” harapnya.

Kepala Dinas PU Aceh Utara, Tanwir, mengakui pembangunan jalan tersebut sempat terhenti akibat tidak dianggarkan dana pada tahun 2010. Menurut Tanwir, tahun 2009 pengerjaannya hanya penimbunan. Sedangkan tahun 2010, lanjutnya, ternyata tidak tersedia dana, sehingga kontraktor tidak lagi melanjutkan pembangunan jalan itu.

Namun, ia memastikan pada tahun 2011 telah tersedia dana sekitar Rp 5 miliar untuk pembangunan jalan tersebut, meskipun Rp 2 miliar dari total dana itu akan digunakan untuk membayar utang kepada kontraktor tersebut. “Jadi, hanya Rp 3 miliar lagi yang digunakan untuk melanjutkan pembangunan jalan itu. Tapi, intinya tak ada yang diterlantarkan, karena tahun 2011 pasti akan dilanjutkan kembali,” demikian Tanwir.(bah)

Sumber : Serambinews.com

Pusat Diminta Ubah Status Pelabuhan Krueng Geukueh

Fri, Mar 18th 2011, 08:57

LHOKSUKON - Pemerintah Pusat diminta untuk mengubah status Pelabuhan Krueng Geukuh dari kelas II menjadi pelabuhan yang bisa menerima lima jenis barang impor. Kelima jenis barang itu adalah tekstil, makanan, mainan anak-anak, alas kaki, dan barang-barang elektronik.

“Sejak tahun 2009 sampai sekarang kita terus minta ke Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Perekonomian di Jakarta untuk memasukkan Pelabuhan Krueng Geukueh menjadi sebuah pelabuhan yang bisa menerima lima jenis barang impor itu,” ujar Kabid Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh Utara, Fadhli, kepada Serambi, Kamis (17/3), kemarin.

Dikatakan, surat permintaan perubahan status pelabuhan itu juga dikirimkan oleh Bupati Aceh Utara Ilyas A Hamid, kalangan DPRA, dan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. “Sudah dua tahun berturut-turut kita minta agar pelabuhan itu bisa menerima lima jenis barang impor. Bahkan, saya juga sudah sampaikan persoalan ini ke anggota DPR RI asal Aceh, Muhammad Azhari beberapa waktu lalu. Namun, sampai saat ini belum ada respons dari pusat,” ujar Fadhli.

Saat ini, menurutnya, pelabuhan yang bisa menerima kelima jenis barang impor itu yaitu Pelabuhan Batam, Papua, Belawan Sumatera Utara, Tanjung Priok Jakarta, dan Tanjung Perak Semarang. “Tak ada satu pun pelabuhan di Aceh yang bisa menerima kelima jenis barang impor itu. Padahal, Aceh Utara dan Langsa sudah berkali-kali minta agar pelabuhan kita bisa menerima kelima jenis barang impor itu,” timpalnya.

Sementara anggota DPR RI asal Aceh, Muhammad Azhari yang dihubungi terpisah menyebutkan dirinya dalam waktu dekat akan mempertanyakan mengapa pelabuhan di Aceh tak dimasukkan dalam pelabuhan yang bisa menerima lima jenis barang impor itu ke Menteri Perekonomian Hatta Radjasa.

Komoditi ekspor
Data dari Disperindag Aceh Utara memperlihatkan sepanjang tahun 2010 hanya kelapa bulat dan cokelat yang diekspor dari Aceh Utara ke Thailand dan Malaysia. “Total pinang yang diekspor tahun 2010 hanya 226.700 kilogram (226 ton lebih) sedangkan coklat hanya 72 ton. Tahun 2011, baru kelapa yang diekspor sebanyak 354 ton ke Thailand,” sebut Fadhli.(c46)

Sumber :Serambinews.com

TT Agro Bangun Pabrik Tepung di Simpang Keuramat

Sun, Mar 20th 2011, 09:16

LHOKSUKON - Perusahaan asal Thailand TT Agro Group bekerja sama dengan PT Rush A Asia Company, Banda Aceh, telah menetapkan dua lokasi pembangunan pabrik tapioka (tepung kanji), di Aceh Utara dan Aceh Jaya. Untuk Aceh Utara, pabrik tepung kanji ini akan dibangun di Kecamatan Simpang Keuramat.

Direktur PT Rush A Asia Company, DR Ramli Hasan, kepada Serambi Sabtu (19/3) mengatakan, setelah melakukan survei selama dua pekan di beberapa daerah di Aceh, pihaknya sepakat untuk membangun dua pabrik tapioka dengan kapasitas produksi 300 ton per hari, di Aceh Jaya dan Aceh Utara.

“Kita sudah tandatangani kontrak kerja sama dan kontrak pembangunan pabrik itu dengan Preecha Penpron, Presiden Thai Tapioka Sparkh Asociatoin dua hari lalu. Pembangunan dimulai bulan Juni 2011 dan selesai Desember 2011. Khusus Aceh Utara, lokasi pembangunan di Kecamatan Simpang Keuramat,” sebut Ramli, di Lhokseumawe, kemarin.

Lebih jauh dia menyebutkan, TT Agro bersama asosiasi pabrik tapioka Thailand mengeluarkan investasi sebesar Rp 10 juta USS untuk satu pabrik. “Mereka ingin lihat dulu perkembangan dua pabrik yang dibangun di Aceh Utara dan Aceh Jaya. Kalau dua pabrik ini sudah jalan dan operasionalnya berjalan mulus seperti hasil analisis kita, mereka bersedia membangun empat pabrik lagi. Ini juga sudah diketahui oleh Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf,” sebut Ramli.

Selain itu, tambah Ramli, pihaknya juga sudah menyiapkan lahan untuk penanaman ubi tapioka sebanyak 2.000 hektare di Aceh Utara, 20.000 hektare di Aceh Jaya, 2.000 hektare di Bener Meriah, dan 6.000 hektare di Aceh Tamiang. “Semua lahan itu nantinya kita sewa. Sudah ada komitmen dengan masyarakat dan pemerintah daerah di masing-masing daerah. Kita harap, pembangunan berjalan lancar,” pungkas DR Ramli.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 02 Mei 2011

Polisi Amankan 1,5 Ton Kayu Ilegal

Sat, Mar 19th 2011, 10:07

LHOKSUKON - Polsek Langkahan, Aceh Utara, Jumat (18/3) menangkap 1,5 ton kayu ilegal jenis semantok dan tualang di Desa Keude Langkahan, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara. Kayu itu diangkut menggunakan mobil colt diesel BL 7549 ZA. Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid BE melalui Kapolsek Langkahan, Ipda M Jafaruddin SE, kepada Serambi, kemarin, menyebutkan bersama kayu itu turut ditangkap Am (28) dan Ad (26) warga Keude Panton Labu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara selaku sopir dan kernet mobil tersebut.

“Informasi yang kita terima dari masyarakat, mereka memuat kayu itu di Desa Lubok Pusaka, Kecamatan Langkahan. Lalu pergerakan mobil itu kita intai dan kemudian kita tangkap. Ketika ditangkap, kedua orang ini tidak bisa memperlihatkan dokumen-dokumen kayu tersebut,” sebut Ipda M Jafaruddin. Dikatakan, barang bukti berupa kayu, mobil, sopir, dan kernetnya kini diperiksa secara intensif di Polsek Langkahan. “Kayu tersebut diduga hasil penebangan liar di kawasan Bener Meriah. Mereka menurunkan kayu itu lewat Langkahan untuk dibawa ke Panton Labu, dan daerah lainnya. Kita terus mendalami kasus ini. Sehingga, bisa terbongkar jaringan penebangan liar di Kecamatan Langkahan,” pungkas Kapolsek.

Sumber : Serambinews.com

Warga Minta Galian C Ditertibkan

Fri, Mar 18th 2011, 08:09

LHOKSUKON - Warga Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara meminta aktivitas galian C di Desa Lueng kecamatan setempat ditertibkan. Sebab, galian C di kawasan itu sudah mengganggu kebun warga lain. “Sebagian kecil kebun yang berisi pohon pinang dan tanaman lain di bagian pinggir sungai sudah runtuh akibat aktivitas galian C di kawasan itu. Padahal, saya sudah menyampaikan masalah ini ke keuchik,” terang Nawawi (28) pemuda Desa Nga kecamatan setempat, kepada Serambi, Kamis (17/3).

Menurut Nawawi, kebunnya mulai runtuh setelah maraknya beroperasi galian C di kawasan itu menggunakan alat berat sejak empat bulan lalu. “Kebun warga lain juga ikut ambruk,” katanya.

Keuchik Meunasah Lueng, Zulkifli secara terpisah mengatakan, selama ini keberadaan alat berat di lokasi itu untuk mengambil galian C sama sekali tidak menggangu warga dan usaha itu milik masyarakat. “Ia (Nawawi-red) minta saya untuk menyampaikan agar pemilik galian C membayar setiap pengambilan materila galian C yang dekat dengan kebunnya. Tapi, itu milik warga dan tak mengganggu kebun warga lainnya,” jelas Keuchik.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Pirak Timu Dilanda Kemarau

* Hari Ini, PDAM Pasok 10.000 Liter Air Bersih
Mon, Mar 14th 2011, 09:28

LHOKSUKON - Di saat beberapa daerah lain di Aceh mengalami banjir, masyarakat Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara, malah sedang berjuang menghadapi kemarau yang sudah berlangsung sejak sebulan terakhir. Bahkan pada, Minggu (13/3), warga yang berdiam di 23 desa dalam kecamatan itu datang berbondong-bondong ke sungai untuk mengambil air.

“Air sumur sudah kering. Sedangkan sumur bor hanya ada satu di Desa Alue Drien, airnya tidak cukup untuk warga, sehingga kami terpaksa mengambil air sungai untuk dikonsumsi,” ungkap Kepala Mukim Matangkuli Timu, Muhammad Yusuf.

Sebenarnya, kata dia, warga khawatir untuk mengonsumsi air sungai karena bisa menyebabkan penyakit. Apalagi, air sungai di kawasan itu tidak jernih seperti di tempat lain. Karenanya, warga sangat berharap pihak PDAM Tirta Mon Pase menyuplai air minum selama kemarau melanda daerah tersebut.

Kabag Humas PDAM Tirta Mon Pase, Tarmizi AR yang dimintai tanggapannya menyatakan pihaknya siap memberikan air minum pada masyarakat di kawasan tersebut. “Besok (hari ini-red) akan disalurkan 10.000 ribu liter air (dua mobil tanki) untuk tahap pertama. Nanti, kita harap desa menyiapkan tempat penampungan air. Sehingga, bisa dikonsumsi untuk air minum,” sebut Tarmizi.

Dia menyebutkan, bantuan air bersih itu gratis dan tidak dipungut biaya apa pun dari masyarakat. “Ini bagian tanggung jawab sosial kita pada masyarakat. Jadi semuanya gratis,” pungkas Tarmizi.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 21 April 2011

Kelapa Banyak Diekspor ke Thailand

* Harga di Pasar Lokal Naik
Sun, Mar 13th 2011, 08:58



LHOKSUKON - Buah kelapa asal Aceh ternyata sudah mulai diekspor. Negara tujuan utama adalah Thailand. Itu pulah sebabnya mengapa stok di pasar lokal menipis dan mengakibatkan harga jualnya menjadi naik.

Ketua Tim Percepatan Ekspor Melalui Pelabuhan Krueng Geukuh Aceh Utara (TP3KG), Asril Ibrahim, mengatakan, aktivitas ekspor kelapa itu sudah berlangsung sejak tiga bulan lalu. Ekspor dilakukan oleh sejumlah pengusaha asal Kabupaten Pidie, Bireuen, dan Aceh Timur. “Ini langkah awal untuk menjual komuditas pertanian Aceh ke luar negeri,” kata Asril kepada Serambi, Sabtu (12/3).

Volume ekspor per sekali pengiriman dia sebutkan mencapai 100 ton atau sekitar 100.000 butir kelapa. Thailand dia katakan, memang sedang membuka diri sebesar-besarnya untuk menerima kelapa dari Aceh. “Saat ini baru tiga daerah yang mengirim kelapa ke Thailand, yaitu Aceh Timur, Pidie, dan Bireuen. Kabupaten lainnya belum,” sebut Asril.

Kelapa yang diekspor juga harus memenuhi beberapa ketentuan, salah satunya adalah berat yang harus mencapai 1 kilogram per butir. Harga pembelian berkisar antara Rp 2.500 sampai Rp 2.800 sebutirnya. “Di Thailand, kelapa ini umumnya dibeli oleh perusahaan farmasi,” terangnya.

Asril menambahkan, saat ini ekspor masih dilakukan dengan menggunakan kapal kayu melalui Pelabuhan Langsa, Pelabuhan Idi, Aceh Timur, dan Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara. Dia berharap volume ekspor kelapa ke depannya samakin bertambah sehingga dengan sendirinya meningkatkan harga jual kelapa dari petani.

Harga naik
Sementara itu di pasar lokal, baik Aceh Utara, Lhokseumawe serta di kawasan Aceh Besar dan Banda Aceh, harga kelapa dilaporkan mengalami kenaikan. Di Aceh Utara harganya mencapai Rp 4.000 dari sebelumnya Rp 2.000 per butir.

“Sudah seminggu ini harga kelapa sangat mahal,” ucap pedagang kelapa di Keude Panton Labu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, Abdullah.

Demikian juga di Banda Aceh dan Aceh Besar. Harga jualnya naik dari Rp 3.000 menjadi Rp 4.000 per butir. “Kelapa Aceh banyak yang dijual ke Medan, juga diekspor ke Thailand, sehingga jumlahnya menjadi berkurang dan menyebabkan harganya menjadi naik,” kata pedagang kelapa di Pasar Peunayong, Banda Aceh, Adam.

Kelapa-kelapa tersebut sebagian besar di pasok dari Bireuen. Menurut pedagang lainnya, Man, harga kelapa naik karena pedagang pengumpul atau pemilik kebun kelapa di Bireuen lebih banyak menjual kelapa ke Medan atau untuk diekspor.

“Saya sendiri membeli kelapa yang didatangkan dari Bireuen dengan harga beli Rp 2.400 per butir. Meski harga kelapa naik, tapi permintaan konsumen stabil, tidak terjadi penurunan,” ujar Man.(c46/ami)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 17 April 2011

Polisi Sita Dua Ton Kayu tak Bertuan

Sun, Mar 6th 2011, 09:08

LHOKSUKON - Aparat Polres Aceh Utara kembali mengamankan dua ton kayu yang diduga kuat hasil penjarahan hutan, di Desa Cot Girek, Kabupaten, Aceh Utara. Operasi penyitaan kayu yang disebut-sebut sudah lama ditumpuk oleh oknum aparat keamanan itu dipimpin langsung oleh Wakapolres Aceh Utara, Kompol Sigit Ali Ismanto, Kamis (3/3) sekitar pukul 18.00 WIB.

Kapolres Aceh Utara AKBP Farid BE melalui Kasat Reskrim AKP Erlin Tang Jaya kepada Serambi Sabtu (5/3) menyebutkan, untuk penyelidikan kasus tersebut, polisi telah memanggil karyawan PT Perkebunan Nusantara I Cot Girek yakni Suratno. “Karyawan tersebut kita panggil ke polres, untuk dimintai keterangan sebagai saksi, karena kayu tersebut berada di lokasi samping rumahnya,” kata AKP Erlin.

Menurut Kasat, berdasarkan keterangan saksi yang diperiksa, sebanyak 39 batang kayu yang diamankan tersebut milik oknum aparat keamanan yang sebelumnya bertugas Cot Girek. Berdasarkan keterangan saksi, oknum aparat tersebut kini telah pindah tugas ke wilayah lain.

“Suratno juga mengaku bahwa oknum aparat meminta dirinya untuk menjaga kayu tersebut sebulan yang lalu, dan barang bukti tersebut sudah kita amankan untuk diproses lebih lanjut,” kata Kasat Reskrim seraya menyatakan, untuk mengungkap kasus tersebut polisi akan terus melakukan penyelidikan untuk pemeriksaan saksi lain.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 07 April 2011

Ratusan Batang Sawit Dibabat Kelompok tak Dikenal

Sun, Feb 27th 2011, 09:11

LHOKSUKON - Sekelompok yang belum dikenal dilaporkan membabat ratusan batang sawit di kebun milik dua warga yang berada di Gampong Ujong Dama, Kecamatan Baktiya, Aceh Utara. Aksi itu yang berlangsung Jumat (25/2) sekitar pukul 8.30 Wib itu, mengakibatkan dua warga pemilik sawit itu, yakni Syamsul Bahri (45) warga Bukit Lueng Bata dan Hamzir warga Ujong Dama, mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Syamsul Bahri kepada Serambi mengatakan ia bersama Hamzir telah mengadukan kasus itu kepada Keuchik Ujong Dama, juga diadukan ke Mapolsek Baktiya. Menurut dia, sedikitnya 400-an batang bibit sawit di kebun mereka yang berumur empat bulan dibabat habis. “Ketika saya datang Jumat kemarin sudah ditebas dengan parang oleh kelompok orang tidak dikenal, menurut warga melihat ada orang datang sekitar pukul 8.30 WIB,” kata Syamsul.

Sementara Kepala Desa Ujong Dama, Sulaiman (47) mengatakan, kasus pembabatan batang sawit di kebun masyarakat Ujong Dama, tidak tertutup kemungkinan terkait dengan tapal batas. Karena sebelumnya, antara desa Ujong Dama dengan Desa Bukit dara Baro dan Unit VI bersengketa mengenai tapal batas.

Atas nama masyarakat, Keuchik Sulaiman meminta kepada pihak berwajib untuk serius mengungkap, menangkap, dan memproses pelaku penebang batang sawit yang baru ditanam itu.(ib)

Sumber : Serambinews.com

Ratusan Warga Hadang Truk Galian C

Wed, Feb 23rd 2011, 09:15

LHOKSUKON - Ratusan warga dari Desa Mulieng Manyang, Mulieng Meucat dan Babah Lueng, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, Selasa (22/2) sekitar pukul 10.10 WIB menghadang lima truk pengangkut galian C jenis batu gajah di kawasan tersebut. Sebab, warga khawatir jika aktivitas penambangan galian C tak dihentikan, akan memicu erosi dan banjir kawasan itu.

“Sebab mulai tahun 2010, keuchik dan tokoh masyarakat di Kemukiman Beureughang sudah sepakat tak boleh memberi izin penambangan galian C di tiga desa itu. Karena warga memanfaatkan air Krueng Mulieng untuk mengairi sawah mereka,” jelas Keuchik Mulieng Manyang, Bukhari kepada Serambi, kemarin. Sehingga, jika hal itu dibiarkan sangat berpotensi jalan di kawasan itu rusak dan menimbulkan erosi di sungai setempat.

Pada Senin (21/2) sore, lanjutnya, warga melihat satu truk membawa beko yang diduga untuk menambang kembali galian C jeni batu gajah di kawasan itu. Lalu, pagi kemarin warga langsung menuju ke lokasi untuk memastikan dugaan itu. “Ternyata memang benar bahan galian C dikawasan itu diambil lagi. Sehingga, ratusan warga dari tiga desa itu langsung menghadang lima truk yang sedang mengangkut batu gajah tersebut,” terang keuchik.

Dijelaskan, beruntung ketika warga menyampaikan hal itu kepada para sopir, mereka tak memprotesnya. Sehingga tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. “Dalam musyawarah dengan pihak pengangkut galian C itu, mereka mengaku tak akan melakukan lagi aktivitas galian C di kawasan itu,” terang keuchik.

Kemudian, sekitar pukul 12.00 WIB warga melepas kelima truk itu dan alat berat jenis beko dibawa pulang. “Namun, jika warga menemukan lagi ada aktivitas galian C di kawasan itu, warga akan melakukan tindakan sendiri,” ancam keuchik didampingi warganya.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 06 April 2011

Erosi Mengganas, Jalan Terancam Putus

Mon, Feb 21st 2011, 09:09


Abrasi Krueng Sawang di Kecamatan Riseh Tunong, Kecamatan Sawang Aceh Utara kian bertambah dalam setahun terakhir. Foto direkam, Jumat (19/2).SERAMBI/JAFARUDDIN

LHOKSUKON - Erosi Krueng Sawang di desa Riseh Tunong, Riseh Teungoh dan Riseh Baroh, Kecamatan Sawang, Aceh Utara dalam setahun terakhir semakin parah. Akibatnya, kini sebagian badan jalan desa di kawasan itu telah ambruk. Padahal jarak jalan dengan sungai itu sebelumnya mencapai 20-50 meter.

Amatan Serambi, kondisi terparah terjadi di desa Riseh Tunong. Selain bagian badan jalan telah ambruk, sebelumnya ratusan meter kebun warga yang ditanami seperti pinang, cokelat, dan kelapa telah ambruk ke sungai itu. Warga khawatir, jika erosi itu tidak segera ditangani, kondisinya akan semakin parah.

“Bahkan jembatan gantung yang menghubungkan Desa Riseh Tunong dengan Desa Cot Calang juga terancam ambruk. Karena jarak jembatan tersebut dengan jembatan itu hanya tinggal dua meter lagi,” kata Junaidi (30) dan Sumadi (35) warga Desa Riseh Tunong kepada Serambi, Minggu (20/2).

Menurut mereka, erosi di kawasan itu mulai terjadi sejak tiga tahun lalu. Kendati sudah disampaikan ke pihak dinas terkait agar segera ditanggulangi, tapi hingga kini belum ada realisasinya. “Karena itu kami berharap masalah itu segera ditangani. Jika tidak, jalan yang selama ini dimanfatkan sebagai jalur utama warga setempat terancam putus total,” jelas Junaidi.

Butuh tanggul
Sementara itu, warga Desa Kuala Keuretoe Timu Kecamatan Lapang, Aceh Utara meminta supaya dibangun tanggul pemecah ombak di kawasan pantai desa itu. Sebab, areal warga di desa itu sering terendam air laut, sehingga bisa mengalami gagal panen.

“Sebelumnya sawah di kawasan kami hanya bisa dimanfaatkan setahun sekali karena tak ada irigasi. Namun, kini sudah ada bantuan mesin untuk mengaliri air ke sawah, sehingga warga bisa menggarap sawah secara maksimal,” kata Keuchik Kuala Keuretoe Timu, Asnawi kepada Serambi, Minggu (20/2).

Namun, lanjut Keuchik, persoalannya warga khawatir jika belum dibangun tanggul di pinggir pantai itu air laut akan masuk lagi ke areal sawah. “Sebab jarak pinggir laut dengan sawah hanya sekitar 50 meter lagi. Biasanya, air laut masuk ke sawah pada bulan Mei dan Agustus,” jelas Asnawi

Ditambahkan, sebelumnya ketika warga sudah mulai menanam padi dan menjelang panen sering terendam air laut. Sehingga jika kondisi itu berlangsung lama bisa menyebabkan tanaman padi mati. Apalagi sebelumnya warga tak bisa mengatur jadwal tanam, karena tak ada irigasi untuk mengairi sawahnya.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Investor Thailand Survei Lokasi Pabrik Tapioka

Sun, Feb 20th 2011, 11:00

LHOKSUKON-Investor asal Thailand, TT Agro, Sabtu (19/2) melakukan survei lokasi rencana pembangunan pabrik tepung tapioka di Kecamatan Nisam, Dewantara, dan Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara.

“Potensi pembangunan pabrik tapioka di Aceh sangat menjanjikan. Saya berniat menanam investasi di daerah ini. Tahap awal, akan kita bangun di Aceh Utara dulu,” sebut manajemen TT Agro, Sumpunt Jareanwan kepada Serambi, kemarin.

Lebih jauh dia menyebutkan, TT Agro telah memiliki 41 pabrik tapioka di wilayah Lampung, Kalimantan, dan Sulawesi di Indonesia. “Untuk daerah Indonesia lainnya, kita berpatner dengan perusahaan lokal, yaitu PT Suhaibudi. Sedangkan untuk Aceh, nanti kita bermitra dengan PT Rush A Asia Company di Banda Aceh,” ungkap Sumpunt.

Dia menyebutkan, dirinya tidak akan berjanji terlalu banyak pada Pemerintah Aceh dan Pemkab Aceh Utara. “Saya akan evaluasi seluruh hasil survei ini, kemudian dalam waktu dekat akan kita buat rencana kerja, untuk kemudian kita buat lahan penanaman ubi sebagai bahan baku tapioka,” sebut Sumpunt.

Dia menambahkan, untuk tahap awal, akan membangun pabrik dengan kapasitas 300 ton per hari, luas lahan penanaman ubi 1.500 hektare. Sementara itu, Direktur PT Rush A Asia Company, Dr Ramli Hasan menyebutkan perusahaannya sudah siap bermitra dengan TT Agro. “Kami sudah bertemu dengan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf soal rencana pembangunan pabrik ini. Gubernur menyambut baik rencana TT Agro. Gubernur bahkan meminta agar dibuat pabrik tapioka lebih banyak lagi di Aceh,” ujar Dr Ramli.

Ramli menyebutkan, setelah pabrik di Aceh Utara beridiri, pihaknya berencana mendirikan pabrik serupa di Aceh Jaya, dan Aceh Besar. “Semoga semua rencana berjalan dengan baik, dan harap dukungan dari masyarakat,” pungkas Dr Ramli.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 28 Maret 2011

Muspika Berencana Buka Blokir Jalan Paya Bakong

* Warga Kecewa
Sun, Feb 13th 2011, 09:07

LHOKSUKON - Musyawarah pimpinan kecamatan (Muspika) Kecamatan Paya Bakong berencana membuka blokir jalan Desa Keude Paya Bakong sampai Desa Pante Bahagia, kecamatan setempat. Hal itu diputuskan dalam musyawarah di kantor camat setempat, Sabtu (12/2).

Meski begitu, kalangan warga menyatakan kecewa dengan kebijakan diambil tersebut. Pasalnya, ketika jalan itu diblokir beberapa bulan lalu, kesepakatan warga dan muspika jalan itu dibuka apabila telah diaspal. Namun, sampai saat ini, jalan itu belum diaspal.

Tokoh pemuda Paya Bakong, Safrizal, Sabtu (12/2) menyebutkan pihak muspika tak mengajak kalangan pemuda dalam rapat tersebut. “Dulu ketika jalan itu ditutup telah ada kata sepakat, bahwa jalan akan dibuka kembali jika telah diaspal. Jika tidak, maka tidak akan dibuka. Ini, Muspika dalam rapat tadi, berencana membuka blokir jalan itu, Senin (14/2). Ini melanggar kesepakatan antara kita dan muspika,” sebut Safrizal.

Dia meminta agar kebijakan itu ditinjau kembali oleh muspika setempat. “Jalan yang kami blokir itu panjangnya 6 kilometer. Sekarang baru pengerasan 3,5 kilometer. Belum diaspal. Sisanya malah belum tau kapan dibuat. Kalau belum diaspal, harusnya tetap diblokir, jangan dibuka,” ujar Safrizal.

Sementara itu, Camat Paya Bakong, Nurdin, menyebutkan kebijakan membuka blokir jalan tersebut telah disepakati dengan kepala desa, PT Abad Jaya selaku rekanan, dan Muspika Paya Bakong. “Kalau tidak dibuka, sepanjang 3,5 kilometer jalan yang telah dilakukan pengerasan itu tanahnya tidak akan padat. Kalau diaspal pun, dikhawatirkan kuwalitasnya buruk. Karena tanahnya tidak padat, itu makanya jalan itu dibuka,” sebut Nurdin.

Dia menambahkan, untuk sisa jalan yang belum dibangun akan dibangun dalam tahun 2011 ini. “Pengaspalan jalan 3,5 kilometer itu akan dibangun dengan dana APBA 2011 ini. Sedangkan, sisa jalan sekitar 3 kilometer lagi, juga dengan APBA. Saya sudah dapat kabar, anggota DPRA dapil Aceh Utara, akan memplotkan uang untuk pembangunan jalan itu dalam APBA tahun ini,” pungkas Nurdin seraya menghimbau masyarakat agar sepakat dengan kebijakan tersebut dan bersabar terkait pembangunan jalan itu. Sebelumnya, beberapa bulan lalu, masyarakat memblokir jalan lintas Keude Paya Bakong-Desa Pante Bahagia, karena kondisinya rusak parah.(c46)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 22 Maret 2011

PT AAF Wajib Sediakan Permukiman Baru

Fri, Feb 11th 2011, 09:10

LHOKSEUMAWE - Puluhan warga dari beberapa kecamatan di Aceh Utara dan Lhokseumawe yang menggugat PT Asean Aceh Fertilizer (PT AAF), meminta perusahaan tersebut bertanggung jawab terkait penyediaan permukiman baru kepada mereka sebagaimana telah disampaikan dalam gugatan sebelumnya.

Hal itu disampaikan penggugat melalui kuasa hukumnya Syukri SH dalam sidang lanjutan kasus itu di Pengadilan Negeri Lhokseumawe, Kamis (10/1). Sidang itu dipimpin Sadri SH didampingi hakim anggota Azhari SH dan Toni Irfan SH. Turut hadir, kuasa hukum Bupati Aceh Utara (tergugat III), kuasa hukum Gubernur Aceh Zaini Jalil SH (tergugat IV), kuasa hukum kepala Kantor Pertanahan Aceh Utara (VI) Saiful Amri SH.

Sedangkan kuasa hukum PT AAF dan likuidator (tergugat I dan II), Camat Dewantara (tergugat V), serta Panitia sembilan pembebasan tanah PT AAF sebagai tergugat VII, tak hadir dalam sidang dengan agenda pembacaan replik (bantahan penggugat terhadap jawaban tergugat-red).

Usai membuka sidang, majelis hakim langsung mempersilakan kuasa hukum penggugat Syukri membacakan Replik. Dalam repliknya, Syukri antara lain menyebutkan, PT AAF selaku tergugat I sudah 30 tahun beroperasi di atas tanah para penggugat. Karena itu, PT AAF harus bertanggung jawab terhadap penggugat, karena beroperasi di atas tanah penggugat dan juga tanggung jawab sosial.

“Tapi malah saling lempar tanggung jawab sebagaimana disampaikan dalam sidang sebelumnya. Karena itu, kami memohon kepada majelis hakim menolak eksepsi dan jawaban para tergugat serta mengabulkan gugatan para penggugat,” katanya.

Usai mendengar materi replik, majelis hakin menunda sidang itu hingga Kamis (24/2) mendatang dengan agenda mendengar duplik dari kuasa para tergugat. Seperti diberitakan sebelumnya, lima tergugat menolak gugatan penggugat secara keseluruhan dan mereka meminta hakim menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 17 Maret 2011

Dishutbun Telusuri SKAU Palsu

Tue, Feb 1st 2011, 09:28

LHOKSUKON - Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Aceh Utara akan menelusuri keberadaan surat keterangan asal usul (SKAU) kayu asli tapi palsu (aspal) yang diduga banyak beredar di kalangan keuchik yang diberikan oknum polisi hutan (polhut).

“Saya dapat informasi ada oknum polhut memberi SKAU palsu kepada keuchik. Ini sedang kita telusuri siapa pelakunya. Kalau terbukti maka akan kita tindak sesuai aturan yang berlaku,” tegas Kepala Dishutbun Aceh Utara, Edy Sofyan, kepada Serambi, Senin (31/1) kemarin.

Sebelumnya, Polres Aceh Utara menangkap kayu seangon dana pada pemilik kayu itu ditemukan belasan lembar SKAU asli tapi palsu. Informasi yang diterima, sebut Edy, SKAU itu dijual pada pemilik kayu Rp 1 juta per lembar. Padahal, idealnya proses pemberian SKAU itu diminta keuchik kepada Dishutbun Aceh Utara sesuai kebutuhan. SKAU itu dicetak Dishutbun Aceh. “Jadi, kalau ada beredar SKAU asli tapi palsu, itu berarti ada oknum yang bermain. Ini yang sedang kita telusuri,” ungkapnya.

Ia mencontohkan, SKAU yang dimiliki warga kerap kali tidak sesuai asal usul kayu itu sendiri. Edy berharap jika masyarakat menemukan SKAU palsu segera melaporkan pada dirinya. “Sehingga kasus itu bisa segera diungkap,” pungkasnya.

Panggil saksi ahli
Sementara itu, penyidik Polres Lhokseumawe kemarin, memanggil saksi ahli untuk melengkapi pemberkasan kasus penangkapan tiga ton kayu di Desa Desa Riseh Tunong, Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Senin (24/1) malam. Dalam kasus itu, polisi mengamankan seorang tersangka yaitu Razali (36) warga Desa Babah Krueng, kecamatan setempat yang mengangkut kayu itu.

Kapolres Lhokseumawe AKBP Kukuh Santoso melalui Kasat Reskrim AKP Galih Indra G kepada Serambi, Senin (31/1) menyebutkan, saksi ahli yang dipanggil berasal dari Dishutbun Aceh Utara. Namun, Kasat enggan menyebutkan nama saksi ahli itu. “Saksi ahli itu dimintai pendapatnya terhadap penangkapan kayu itu. Pertanyaannya mengenai jumlah kayu dan bagaimana prosedur hukum mengangkut kayu tersebut,” jelas Kasat Reskrim.(c46/c37)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 06 Maret 2011

Bendungan Krueng Pase Akan Dipindahkan

* Butuh Dana Rp 8,35 Miliar
Thu, Jan 27th 2011, 09:13


Seorang ibu rumah tangga ditemani anaknya mencuci pakaian di aliran sungai Desa Gampong Baro, Kecamatan Samudera, Aceh Utara. Mayoritas warga setempat mencuci pakaian di sungai karena krisis air bersih. SERAMBI/ZAKI MUBARAK

BANDA ACEH - Delegasi Pemkab dan DPRK Aceh Utara bersama Komisi D DPRA menyepakati untuk terus memperjuangkan kebutuhan dana untuk pemindahan bendungan Irigasi Krueng Pase serta pembangunan Embung Lhok Gajah Aceh Utara sekitar Rp 8,35 miliar agar ditampung dalam APBA 2011. Agar program itu terlaksana, komisi D merekomendasikan delegasi Aceh Utara bertemu pimpinan DPRA, kelompok kerja (Pokja) III dan V Badan Anggaran DPRA, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aceh (DPKKA), serta Dinas Pengairan Aceh.

Pertemuan di ruang Banggar DPRA, kemarin, dihadiri Kadis Sumber Daya Air (SDA) Aceh Utara Ir Mawardi, Ketua Komisi D DPRK Aceh Utara Ismail A Djalil, Abdul Hadi ZA, Usman, Ridwan Yunus, dan Fadli A Thaleb. Dari DPRA, hadir Ketua Komisi D Jufri Hasanuddin, Fadli MA, Adli Djalok, Fauzi, Ali Murtala, Asdar, T Syarifuddin, Anwar, serta anggota Komisi A Nuraini Maida.

Mawardi mengatakan, usaha pemindahan bendungan sedang berjalan dan pertemuan hari ini (kemarin-red) merupakan tahapan kedua menindaklanjuti rapat 21 Mei 2010. “Kita berharap Bendungan Krueng Pase terbangun tahun ini. Lokasinya kita pindah ke lokasi yang lebih tinggi agar ratusan hektare sawah di kawasan tersebut teraliri semuanya serta membebaskan warga dari penggunaan pompa air,” ujarnya.

Ditanya kenapa bendungan dipindah, Mawardi mengatakan bendungan lama merupakan peninggalan Belanda sudah beberapa kali perbaikan dan berada di tempat rendah sehingga sawah tak teraliri semuanya. “Pemindahan bendungan butuh dana untuk pembebasan tanah seluas sekitar 62,5 hektare,” katanya.

Terkait Embung Lhok Gajah, sebut Mawardi, perlu pembebasan lahan sekitar 21 hektare. Embung itu akan menampung air di sekitar Kuta Makmur serta bisa mengairi ratusan hektare sawah di kecamatan itu. “Dana yang dibutuhkan untuk pembebasan tanah didua lokasi itu sekitar Rp 8,35 M,” ujarnya.

Meski informasi yang berkembang dalam pertemuan itu bahwa dana untuk Krueng Pase sekitar Rp 4 miliar dan Embung Lhok Gajah Rp 2 miliar sudah tertampung di DPKKA, tapi forum tak bisa berpegang pada angka itu. “Harus ada pertemuan lanjutan terutama delegasi Aceh Utara, Pokja anggaran yang membawahi Dinas Pengairan Aceh, pimpinan DPRA, Komisi D DPRA, dan DPKKA untuk merespons masalah itu. Pembangunan harus terwujud, sebab kalau tidak Komisi D DPRA akan menjadi sasaran,” ujar Jufri.

Pimpinan rapat itu, Fadli MA, Fauzi, Adli Djalok, T Syarifuddin, dan Nuraini Maida sepakat dengan usulan tersebut. Harapan agar DPRA dan pemerintah Aceh membantu dana pembebasan lahan di dua irigasi disampaikan Ridwan Yunus dan Abdul Hadi kepada Serambi usai pertemuan itu. Menurut Ridwam, kedatangan pihaknya ke Komisi D untuk menelusuri komitmen dalam pertemuan sebelumnya bahwa dana pembangunan dua irigasi itu diplot dalam APBA-P 2010. Namun batal karena terbatasnya waktu. Sehingga diharapkan agar ditampung dalam APBA 2011.(swa)

Sumber : Serambinews.com

Truk Berisi Tiga Ton Kayu Ditangkap

Tue, Jan 25th 2011, 18:13

SEORANG aparat Polres Lhokseumawe memeriksa truk berisi tiga ton kayu karena tak memiliki dokumen

LHOKSEUMAWE – Aparat Polres Lhokseumawe, Senin (24/1/2011) malam, menangkap sebuah truk yang mengangkut tiga ton kayu di Desa Riseh Tunong, Kecamatan Sawang, Aceh Utara. Razali (36) warga Desa Babah Krueng yang mengangkut kayu ikut diamankan.

Kapolres Lhokseumawe, AKBP Kukuh Santoso, melalui Kasat Reskrim, AKP Galih Indra G, kepada Serambinews.com, Selasa (25/1/2011), mengatakan, penangkapan terhadap truk pengakut kayu itu berawal dari informasi warga.

“Setelah dicek benar, kemudian polisi langsung memeriksa kelengkapan jenis dokumen. Ternyata kayu tersebut diangkut tak memiliki dokumen resmi, sehingga polisi langsung mengamankannya ke polres untuk proses penyidikan,” kata AKP Indra.(jafaruddin m yusuf)

Sumber : Serambinews.com

Banjir di Aceh Utara Mulai Surut

Mon, Jan 24th 2011, 22:03

LHOKSUKON – Banjir kiriman yang melanda Kecamatan Tanah Luas dan Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara, Senin (24/1), sekitar pukul 19.30 WIB, mulai surut.

Sebelumnya ratusan rumah warga di dua kecamatan tersebut direndam banjir mulai sekitar pukul 04.00 WIB, akibat Krueng Keureuto yang mengelilingi kawasan itu meluap.

Informasi yang dihimpun Serambinews.com, desa yang terendam banjir di Kecamatan Tanah Luas adalah Desa Teupin Me, Desa Blang, Desa Tanjong Mesjid, Serbajaman Baroh, Kecamatan Tanah Luas. Sedangkan Di Kecamatan Matangkuli Desa yaitu Tumpok Barat, Desa Lawang, Meuria, Alue Tho dengan ketinggian air 50-100 centimeter.

Namun, sekitar pukul 19.30 WIB, air mulai surut dari perkampungan warga. Bahkan sebagian warga sudah mulai membersihkan rumah dari lumpur yang dibawa banjir. "Tapi ratusan hektare sawah yang sudah disemai bibit padi, masih terendam dengan ketinggian air masih setinggi 70 centimeter," kata seorang warga Desa Serbajaman Baroh kepada Serambinews.com, Senin (24/1/2011) malam. (Jafaruddin M Yusuf)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 03 Maret 2011

Dua Kecamatan Direndam Banjir

Mon, Jan 24th 2011, 12:57


BANJIR - Banjir yang menggenangi sepanjang badan jalan Desa Blang Kecamatan Tanah Luas, Kabupaten Aceh Utara. Foto direkam, Senin (24/1).Serambinews.com/Jafaruddin M Yusuf.


HOKSUKON - Banjir kiriman kembali merendam sejumlah desa di Kecamatan Tanah Luas dan Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara mulai Senin (24/1) sekitar pukul 04.00, akibat meluap air dari krueng (sungai red) Keuretoe,
Ratusan rumah dari dua kecamatan tersebut mulai terendam dengan ketinggian air mencapai 60 centimeter dalam rumah.

Data yang diperoleh desa yang terendam banjir di Kecamatan Tanah Luas, diantaranya Desa Teupin Me, Desa Blang, Tanjong Mesjid dan Serbajaman Tunong. Sedangkan di Kecamatan Matangkuli, yakni Desa Hagu, Cubrek, Alue Tho, Desa Lawang, dan Desa Tumpok Barat."Semakin lama air terus bertambah, bahkan kini rata-rata dalam rumah warga sudah mencapai 70 centimeter,"kata seorang warga Tumpok Barat, Serambinews.com.(Jafaruddin M Yusuf)

Sumber : Serambinews.com