Senin, 15 Agustus 2011

Puluhan Hektar Kebun Diamuk Gajah

TUESDAY, 02 AUGUST 2011 14:06

COT GIREK - Puluhan hektar kebun dan tiga unit gubuk kebun atau dangau di pemukiman transmigrasi lokal (translok) Desa Batee Uleu, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, rusak diamuk kawanan gajah liar.

Ketiga dangau masing-masing milik Ibnu Hajar (40), Idris (60) dan milik anak kandung Idris, Samsul (27). Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, karena semua dangau sedang kosong. Namun demikian, kerugian materi ditaksir mencapai Rp 90 juta.

“Serangan gajah liar di kawasan ini sudah tak terhitung. Tapi serangannya tidak separah kali ini. Sekarang, warga trauma dan takut ke kebun. Apalagi, sebelumnya beberapa warga juga sempat dikejar kawanan gajah saat berusaha menghalau mereka ke hutan,” kata Muhammad Adi, warga setempat, tadi siang.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid, melalui Kapolsek Cot Girek Ipda Sofyan, membenarkan kebun yang dirusak meliputi kebun kakao, pinang, pisang, kebun kelapa sawit.

“Kita segera menerjunkan petugas ke lapangan untuk menenangkan warga. Bahkan sampai sekarang kita masih terus berupaya memulihkan trauma mereka dengan melakukan patrol rutin di sekitar lokasi kejadian,” tandasnya.

Sumber Waspada.co.id

Puluhan Hektar Kebun Diamuk Gajah

TUESDAY, 02 AUGUST 2011 14:06

COT GIREK - Puluhan hektar kebun dan tiga unit gubuk kebun atau dangau di pemukiman transmigrasi lokal (translok) Desa Batee Uleu, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, rusak diamuk kawanan gajah liar.

Ketiga dangau masing-masing milik Ibnu Hajar (40), Idris (60) dan milik anak kandung Idris, Samsul (27). Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, karena semua dangau sedang kosong. Namun demikian, kerugian materi ditaksir mencapai Rp 90 juta.

“Serangan gajah liar di kawasan ini sudah tak terhitung. Tapi serangannya tidak separah kali ini. Sekarang, warga trauma dan takut ke kebun. Apalagi, sebelumnya beberapa warga juga sempat dikejar kawanan gajah saat berusaha menghalau mereka ke hutan,” kata Muhammad Adi, warga setempat, tadi siang.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid, melalui Kapolsek Cot Girek Ipda Sofyan, membenarkan kebun yang dirusak meliputi kebun kakao, pinang, pisang, kebun kelapa sawit.

“Kita segera menerjunkan petugas ke lapangan untuk menenangkan warga. Bahkan sampai sekarang kita masih terus berupaya memulihkan trauma mereka dengan melakukan patrol rutin di sekitar lokasi kejadian,” tandasnya.

Sumber Waspada.co.id

Rabu, 10 Agustus 2011

Aceh Utara jadi sentra kakao

THURSDAY, 28 JULY 2011 00:54

LHOKSEUMAWE - Tiga kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, dijadikan sentra gerakan nasional tanaman kakao, karena potensi dan luas arealnya sangat mendukung.

Kadis Kehutanan dan Perkebunan Aceh Utara, Edi Sofyan melalui Kabid Perkebunan Kastabuna, mengatakan ketiga kecamatan tersebut, yakni Cot Girek, Tanah Luas, dan Kecamatan Nibong yang merupakan wilayah paling luas lahan tanaman kakao.

Dengan demikian, adanya program pemerintah gerakan nasional kakao, Pemkab Aceh Utara memilih sebanyak 25 petani kakao di daerah tersebut untuk dilatih tentang peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman kakao.

Ia berharap, dengan pelatihan tersebut diharapkan agar produktivitas dan kualitas tanaman kakao dapat lebih baik ke depan. "Selama ini kemampuan petani dalam mengelola tanaman dan juga produksi tanaman kakao di Aceh Utara masih sangat minim," ujarnya, tadi malam.

Lebih lanjut dikatakannya, secara nasional pemerintah mengharapkan agar produksi kakao Indonesia mencapai kualitas dan produksi yang baik, sehingga mampu menjadi salah satu negara penghasil komoditas tersebut.

Saat ini, Indonesia masih tertinggal selangkah dengan negara Pantai Gading di Afrika. "Oleh karena adanya program pemerintah terhadap kakao ini, kita latih petani kakao di tiga kecamatan tersebut, untuk bisa lebih mengembangkan tanaman kakaonya agar produksi dan kualitasnya dapat lebih bagus," ungkapnya.

Pelatihan tersebut akan dilakukan selama tiga hari yang bertempat di BPP Kecamatan Tanah Luas. Dimana pengetahuan secara teori sebanyak 30 persen dan praktek sebanyak 70 persen.

Dalam materi praktik, petani akan dilatih terhadap perawatan tanaman kakao mulai dari pemupukan hingga pemangkasan daun.

Kastabuna menyatakan, secara umum luas areal tanaman kakao di Aceh Utara 8.620 hektare. Sementara hasil kakao pertahunnya hanya mampu mencapai 2.680 ton.

"Dari jumlah luasnya areal lahan tanaman kakao tidak sebanding dengan hasil yang didapat. Idealnya, dalam satu hektare, harus mampu menghasilkan sebanyak satu ton/tahun," ujarnya.

Oleh karena itu, dengan adanya program ini mampu menambah produksi kakao di Aceh Utara, karena prospek pasar dan juga lahannya sangat memungkinkan untuk terus dikembangkan di daerah ini, katanya.

Sumber Waspada.co.id

Senin, 08 Agustus 2011

Truk angkut kayu ilegal diamankan

WEDNESDAY, 13 JULY 2011 15:34

LHOKSUKON - Aparat Polres Aceh Utara mengamankan satu truk bermuatan tiga ton kayu ilegal jenis merbau dan damar, di Desa Lueng Angen, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara. Namun sopir dan pemilik kayu gagal ditangkap karena melarikan diri.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid, melalui Wakapolres Kompol Sigit Ali Ismanto, menyebutkan polisi awalnya menerima informasi dari masyarakat ada satu truk bermuatan kayu ilegal melintas dari Langkahan menuju Lhoknibong, Aceh Timur.

Lanjut Wakapolres, petugas segera terjun ke lokasi target. Sayangnya, saat petugas tiba, sopir dan pemilik kayu itu telah duluan kabur dan di lokasi hanya ditemukan satu Colt BL 8514 EL bermuatan 3 ton kayu jenis merbau dan damar.

“Barang bukti truk dan kayu kini kita amankan di Mapolres Aceh Utara. Sementara identitas dan keberadaan sopir dan pemilik kayu, masih kita lidik. Kita akan terus berusaha mencari mareka sampai tertangkap,” tandas Kompol, tadi sore.

Sumber Waspada.co.id

Kamis, 04 Agustus 2011

Puluhan Gajah Rusak Sawit Warga

MONDAY, 04 JULY 2011 16:04

LHOKSUKON – Sebanyak 35 ekor gajah liar merusak tanaman sawit milik petani di Desa Alue Rime, Kecamatan Pirak Timu, dan Desa Alue Lhok, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, Minggu (3/7). Akibatnya, puluhan hektare (ha) lahan sawit plus dua gubuk milik petani rusak diamuk gajah.

Selain itu, petani tidak berani ke kebun, karena masih banyak gajah yang berlalu lalang di perkebunan mereka. Berdasarkan informasi yang diperoleh kemarin, gubuk yang rusak tersebut milik Nurdin dan milik Imum Muhammad. Sedangkan kebun sawit milik Nurdin rusak seluas 5 ha, kebun Imum Muhammad rusak sekitar 4 ha, Abdul Thaleb sekitar 400 pohon, dan belasan hektare milik petani lainnya juga rusak.

Kejadian ini sudah dilaporkan ke DPRK Aceh Utara. Ketua Fraksi Partai Aceh di DPRK Aceh Utara, Abdul Muthaleb, membenarkan pihaknya telah menerima laporan dari masyarakat tentang gangguan gajah. “Kami mendesak agar Pemkab Aceh Utara segera menangani gangguan gajah liar tersebut. Jika tidak, maka puluhan hektare sawit yang sudah berbuah pasir (setahun sejak ditanam -red) akan hancur diamuk gajah liar. Gajah itu harus diusir ke kawasan hutan,” rekom Abdul Muthaleb.

Dia tambahkan, kawanan gajah itu kini berada di kawasan Gunong Angkop, Kecamatan Pirak Timu. “Baru-baru ini, kami sudah bertemu dengan petinggi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh. Mereka siap membantu untuk mengusir kawanan gajah liar. Namun, Pemkab Aceh Utara diminta membantu sharing dana Rp 3 miliar. Itu untuk semua kawasan yang selama ini diamuk gajah liar,” sebut Abdul Muthaleb.

Untuk itu, dalam pembahasan APBK-P 2011 mendatang, Abdul Muthaleb meminta agar Pemkab Aceh Utara mengusulkan anggaran untuk mengusir gajah liar. “Kami di DPRK Aceh Utara siap membantu menyetujui anggaran tersebut. Sebab, gangguan gajah liar ini sudah sangat serius,” sebut Abdul Muthaleb.

Sementara itu, Kabag Humas Aceh Utara, Azhari Hasan, menyebutkan pihaknya siap mengusulkan anggaran untuk mengusir gajah liar itu dalam APBK-P Aceh Utara 2011. “Namun, kami imbau masyarakat juga merawat hutan. Jangan melakukan penebangan liar, sehingga gajah tidak turun ke permukiman warga, karena habitatnya menyempit,” pungkas Azhari Hasan.

Sumber Waspada.co.id

Senin, 01 Agustus 2011

Abrasi Krueng Pantee meluas

WEDNESDAY, 01 JUNE 2011 17:10

PAYA BAKONG, ACEH UTARA - Abrasi sungai (Krueng) Pantee, di kawasan Desa Gunci Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, belakangan ini terus meluas. Selain mengikis lahan warga, belasan rumah yang dibangun di sepanjang bantaran sungai terancam amblas.

Rumah warga yang nyaris jatuh ke sungai, antara lain rumah Abdullah, 60, Antiah, 50, Rasyid, 70, Khadijah, 37, Hamid, 40, dan rumah Tgk Usman, 65. Jarak tepi bantaran dengan rumah tersebut rata-rata hanya tersisa 1 meter. Bahkan, sebagian di antaranya sudah rusak akibat abrasi.

“Kami tidak tenang lagi berada di rumah. Lebih-lebih saat musim hujan. Sebab kalau habis diguyur hujan, tanah dekat sungai sangat labil dan mudah longsor. Jika tidak segera ditanggulangi, mungkin musim hujan mendatang, rumah kami bakal ambruk total,”kata Abdullah.

Hal senada juga disampaikan Antiah. Menurutnya, kondisi abrasi Krueng Pantee sebenarnya sudah sering ditinjau banyak pejabat, termasuk anggota DPR provinsi. Sebagian dari mareka, bahkan berjanji akan segera mengupayakan membangun beronjong, namun sampai sejauh ini janji itu belum terwujud.

Sumber Waspada.co.id