Rabu, 06 April 2011

Erosi Mengganas, Jalan Terancam Putus

Mon, Feb 21st 2011, 09:09


Abrasi Krueng Sawang di Kecamatan Riseh Tunong, Kecamatan Sawang Aceh Utara kian bertambah dalam setahun terakhir. Foto direkam, Jumat (19/2).SERAMBI/JAFARUDDIN

LHOKSUKON - Erosi Krueng Sawang di desa Riseh Tunong, Riseh Teungoh dan Riseh Baroh, Kecamatan Sawang, Aceh Utara dalam setahun terakhir semakin parah. Akibatnya, kini sebagian badan jalan desa di kawasan itu telah ambruk. Padahal jarak jalan dengan sungai itu sebelumnya mencapai 20-50 meter.

Amatan Serambi, kondisi terparah terjadi di desa Riseh Tunong. Selain bagian badan jalan telah ambruk, sebelumnya ratusan meter kebun warga yang ditanami seperti pinang, cokelat, dan kelapa telah ambruk ke sungai itu. Warga khawatir, jika erosi itu tidak segera ditangani, kondisinya akan semakin parah.

“Bahkan jembatan gantung yang menghubungkan Desa Riseh Tunong dengan Desa Cot Calang juga terancam ambruk. Karena jarak jembatan tersebut dengan jembatan itu hanya tinggal dua meter lagi,” kata Junaidi (30) dan Sumadi (35) warga Desa Riseh Tunong kepada Serambi, Minggu (20/2).

Menurut mereka, erosi di kawasan itu mulai terjadi sejak tiga tahun lalu. Kendati sudah disampaikan ke pihak dinas terkait agar segera ditanggulangi, tapi hingga kini belum ada realisasinya. “Karena itu kami berharap masalah itu segera ditangani. Jika tidak, jalan yang selama ini dimanfatkan sebagai jalur utama warga setempat terancam putus total,” jelas Junaidi.

Butuh tanggul
Sementara itu, warga Desa Kuala Keuretoe Timu Kecamatan Lapang, Aceh Utara meminta supaya dibangun tanggul pemecah ombak di kawasan pantai desa itu. Sebab, areal warga di desa itu sering terendam air laut, sehingga bisa mengalami gagal panen.

“Sebelumnya sawah di kawasan kami hanya bisa dimanfaatkan setahun sekali karena tak ada irigasi. Namun, kini sudah ada bantuan mesin untuk mengaliri air ke sawah, sehingga warga bisa menggarap sawah secara maksimal,” kata Keuchik Kuala Keuretoe Timu, Asnawi kepada Serambi, Minggu (20/2).

Namun, lanjut Keuchik, persoalannya warga khawatir jika belum dibangun tanggul di pinggir pantai itu air laut akan masuk lagi ke areal sawah. “Sebab jarak pinggir laut dengan sawah hanya sekitar 50 meter lagi. Biasanya, air laut masuk ke sawah pada bulan Mei dan Agustus,” jelas Asnawi

Ditambahkan, sebelumnya ketika warga sudah mulai menanam padi dan menjelang panen sering terendam air laut. Sehingga jika kondisi itu berlangsung lama bisa menyebabkan tanaman padi mati. Apalagi sebelumnya warga tak bisa mengatur jadwal tanam, karena tak ada irigasi untuk mengairi sawahnya.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar