Minggu, 21 November 2010

Krueng Peutoe Diduga Tercemar Limbah Pabrik

* Air Sungai Berubah Warna, Ikan Mati

Sun, Nov 21st 2010, 10:44
LHOKSUKON – Masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Krueng Peutoe, mulai dari Kecamatan Cot Girek sampai Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Sabtu (20/11) sore dipanikkan dengan perubahan warna air sungai, termasuk bau dan banyaknya ikan yang mati mengapung. Masyarakat meyakini air sungai itu tercemar limbah pabrik pengolahan kelapa sawit.

Informasi yang diterima Serambi, Sabtu (20/11) malam sekitar pukul 19.30 WIB menyebutkan, masyarakat mengetahui air Krueng Peutoe tercemar ketika hendak mandi di sungai tersebut. Masyarakat kaget karena warna air sungai kehitam-hitaman, berminyak, dan baunya sama seperti kasus pencemaran beberapa waktu lalu.

Keuchik Meunasah Tuha, Kecamatan Lhoksukon, M Kasyah Abdurrahman kepada Serambi mengatakan, setelah mendapat laporan dari warganya, dia langsung memastikan ke sungai. Ternyata benar, bahkan sebagian besar warganya ikut mengumpulkan ikan yang mengapung di permukaan air.

Sejak magrib kemarin, kata M Kasyah, air sungai tersebut berubah dari kehitam-hitaman menjadi agak kuning dan berminyak. “Hingga menjelang shalat Isya saya masih mengumpulkan ikan yang mati bersama warga lain di jembatan gantung,” kata Keuchik Kasyah dibenarkan warganya, Ismail Abdullah (43) dan Nuraini.

Seorang warga Desa Lhok Reuhat, Azhar (35) tadi malam juga menyebutkan, Krueng Peutoe yang melintasi desanya juga tercemar. Menurutnya, ikan mati di sungai tersebut bukan karena diracun, tetapi karena dugaan pencemaran sungai tersebut. “Anak saya juga membawa pulang ikan yang sudah mati yang dikumpulkan di sungai,” katanya.

Tidak benar
Asisten Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit Cot Girek, M Yacob yang dihubungi Serambi menyebutkan, pihaknya selama ini tidak membuang limbah pabrik ke sungai. Apalagi, selama ini pabrik kelapa sawit sudah kurang beroperasi karena produksi TBS (tandan buah segar) mulai berkurang.

“Setiap hari Minggu dan kadang-kadang Sabtu, pabrik tidak kita operasikan. Jika tercemar karena limbah pabrik, seharusnya yang duluan tercemar adalah Desa Alue Semambu, bukan langsung ke sungai. Tapi desa itu tak apa-apa,” kata M Yacob. Mengenai banyaknya ikan yang mati di aliran sungai tersebut, menurut M Yacob bisa jadi karena faktor lain, bukan karena tercemar limbah pabrik.(c37)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar