WEDNESDAY, 01 JUNE 2011 07:14
LHOKSUKON - Erosi Krueng Keureuto di Desa Gunci, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara semakin meluas. Akibatnya, lima rumah di desa tersebut nyaris ambruk ke sungai tersebut. Kelima rumah itu masing-masing milik Rasyid (70), Hadijah (40), Usman (65), Abdullah (55), dan Antiah (50).
Dari hasil amatan di lokasi, kemarin, dapur kelima rumah itu sudah miring akibat tergerus erosi dan nyaris ambruk ke sungai. “Apalagi dalam dua hari terakhir daerah kami diguyur hujan deras. Akibatnya, air sungai meluap sampai ke bagian dapur. Sehingga tanah di dekat dapur saya terkikis sehingga dapur nyaris ambruk ke sungai,” jelas Hadijah, warga setempat.
Warga lainnya, Abdullah (55) menyebutkan 20 pohon pinang miliknya tumbang akibat tergerus erosi sungai itu. “Kami harap, pemerintah membantu kami yang rumahnya nyaris ambruk ke sungai. Kami juga berharap pemerintah membangun beronjong di sungai itu, agar rumah dan tanaman kami selamat,” pungkas Abdullah.
Sumber waspada.co.id
Minggu, 31 Juli 2011
Kawanan Landak Rusak Tanaman Sawit
WEDNESDAY, 01 JUNE 2011 08:21
LHOKSUKON - Kawanan landak dalam dua hari terakhir merusak tanaman sawit di Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara. Akibatnya, petani sawit di Desa Pante Bahagia, Peureupok, dan Alue Bieng, kecamatan itu mengeluhkan kondisi tersebut.
“Gangguan landak memang sudah sering terjadi di daerah kami. Namun, dalam dua hari terakhir gangguannya semakin parah. Umumnya, landak memakan akar pohon sawit yang baru saja ditanam. Landak itu datang bergerombolan,” sebut Safrizal, petani asal Desa Peureupok kepada Serambi, kemarin.
Untuk mengatasi gangguan hama itu, menurutnya, selama ini warga telah memagar areal kebun sawitnya. “Tapi, landak tetap saja bisa masuk. Kami sudah bingung bagaimana mengatasi gangguan landak ini. Kami harap, pemerintah mencari solusi terhadap masalah ini,” harap Safrizal.
Ia juga meminta Pemkab Aceh Utara menurunkan tim mensosialisasikan cara penanggulangan gangguan landak yang efektif di kebun sawit. “Sehingga tanaman sawit kami tumbuh subur dan kami tidak merugi,” pungkas Safrizal. Selain di Kecamatan Paya Bakong, landak juga sering mengganggu tanaman sawit milik petani di Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara
Sumber waspada.co.id
LHOKSUKON - Kawanan landak dalam dua hari terakhir merusak tanaman sawit di Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara. Akibatnya, petani sawit di Desa Pante Bahagia, Peureupok, dan Alue Bieng, kecamatan itu mengeluhkan kondisi tersebut.
“Gangguan landak memang sudah sering terjadi di daerah kami. Namun, dalam dua hari terakhir gangguannya semakin parah. Umumnya, landak memakan akar pohon sawit yang baru saja ditanam. Landak itu datang bergerombolan,” sebut Safrizal, petani asal Desa Peureupok kepada Serambi, kemarin.
Untuk mengatasi gangguan hama itu, menurutnya, selama ini warga telah memagar areal kebun sawitnya. “Tapi, landak tetap saja bisa masuk. Kami sudah bingung bagaimana mengatasi gangguan landak ini. Kami harap, pemerintah mencari solusi terhadap masalah ini,” harap Safrizal.
Ia juga meminta Pemkab Aceh Utara menurunkan tim mensosialisasikan cara penanggulangan gangguan landak yang efektif di kebun sawit. “Sehingga tanaman sawit kami tumbuh subur dan kami tidak merugi,” pungkas Safrizal. Selain di Kecamatan Paya Bakong, landak juga sering mengganggu tanaman sawit milik petani di Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara
Sumber waspada.co.id
Jumat, 29 Juli 2011
Ribuan hektar sawah 28 desa terlantar
MONDAY, 30 MAY 2011 16:10
LHOKSUKON, ACEH UTARA - Ribuan hektar sawah di 28 desa dalam tiga kecamatan di Kab. Aceh Utara, yakni Kec. Pirak Timu, Cot Girek dan Paya Bakong dilaporkan terlantar sejak lima tahun terakhir.
Petani terpaksa membiarkan sawahnya ditumbuhi semak belukar lantaran tidak ada saluran irigasi teknis. Sebelumnya, petani sempat mengolah sawah dengan sistem tadah hujan. Namun karena sering merugi akibat gagal panen, upaya alternatif itu perlahan ditinggalkan dan kini terhenti total.
Data dihimpun di sawah terlantar di Kec. Pirak Timu tersebar di 20 desa, meliputi Meunasah Cemecot, Leupe, Teupin U, Matang Keh, Pange, Geulumpang, Krueng Kreh, Bungong, Reungkam, Trieng, Keutapang, Bili Baro, Ton-ton, Meuncrang, Pucok Alue, Alee Blang, Rime, Siren, Lueng Jalo dan Desa Alue Drien.
Di Kec. Cot Girek tersebar di lima desa, yakni Desa Brandang Asan, Brandang Krueng, Brandang Supeng, Brandang Dayah dan Drien II. Sedangkan di Kec. Paya Bakong, tiga desa, mencakup Desa Alue Lhok, Buket Pidie dan Seunebok Aceh.
“Kini sawah yang terlantar itu rata-rata sudah ditumbuhi semak atau jadi padang ilalang. Paling-paling warga memanfaatkannya untuk tempat gembala ternak atau tempat berkubang kerbau,” kata Keuchik Desa Pange, Abdul Wahab.
Sumber : Waspada.co.id
LHOKSUKON, ACEH UTARA - Ribuan hektar sawah di 28 desa dalam tiga kecamatan di Kab. Aceh Utara, yakni Kec. Pirak Timu, Cot Girek dan Paya Bakong dilaporkan terlantar sejak lima tahun terakhir.
Petani terpaksa membiarkan sawahnya ditumbuhi semak belukar lantaran tidak ada saluran irigasi teknis. Sebelumnya, petani sempat mengolah sawah dengan sistem tadah hujan. Namun karena sering merugi akibat gagal panen, upaya alternatif itu perlahan ditinggalkan dan kini terhenti total.
Data dihimpun di sawah terlantar di Kec. Pirak Timu tersebar di 20 desa, meliputi Meunasah Cemecot, Leupe, Teupin U, Matang Keh, Pange, Geulumpang, Krueng Kreh, Bungong, Reungkam, Trieng, Keutapang, Bili Baro, Ton-ton, Meuncrang, Pucok Alue, Alee Blang, Rime, Siren, Lueng Jalo dan Desa Alue Drien.
Di Kec. Cot Girek tersebar di lima desa, yakni Desa Brandang Asan, Brandang Krueng, Brandang Supeng, Brandang Dayah dan Drien II. Sedangkan di Kec. Paya Bakong, tiga desa, mencakup Desa Alue Lhok, Buket Pidie dan Seunebok Aceh.
“Kini sawah yang terlantar itu rata-rata sudah ditumbuhi semak atau jadi padang ilalang. Paling-paling warga memanfaatkannya untuk tempat gembala ternak atau tempat berkubang kerbau,” kata Keuchik Desa Pange, Abdul Wahab.
Sumber : Waspada.co.id
Senin, 25 Juli 2011
Puluhan Ton Sawit Terancam Busuk
* Tempat Penampungan dalam Perbaikan
Sun, May 22nd 2011, 09:29
LHOKSUKON - Puluhan ton tandan buah segar (TBS) terancam busuk di dalam truk yang sedang mengantri di depan pintu masuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN 1 Cot Girek, Aceh Utara, sejak empat hari terakhir. Manajemen PKS Cot Girek, melarang truk masuk pabrik, karena tempat penampungan buah TBS sedang dalam perbaikan.
Sopir truk pengangkut TBS, Zul Manidar (32) kepada Serambi Sabtu (21/5) menyebutkan pihaknya khawatir buah sawit akan busuk, bila terlalu lama menunggu. “Kami perkirakan, kalau tiga hari lagi tidak diizinkan masuk ke pabrik, dan perbaikan belum selesai dilakukan. Maka, buah sawit akan busuk. Kalau begitu, kami rugi karena terlalu lama antre, petani pemilik sawit juga merugi,” sebut Zul Manidar.
Sementara itu, Manajer PKS Cot Girek, T Irfansyah tak berhasil dikonfirmasi. Handphone yang digunakan tidak aktif. Kepala Tata Usaha PKS Cot Girek, Bustami, menyebutkan satu dari dua tempat penampungan TBS di pabrik tersebut sedang rusak. “Saat ini, hanya ada satu tempat penampungan buah sawit yang ada. Sedangkan satu lagi dalam perbaikan. Mungkin dalam dua hari ke depan sudah selesai. Jadi, tak bisa kita terima semua buah sawit. Kami harap, petani dan sopir truk bersabar,” pungkas Bustami.(c46)
Sumber : Serambinews.com
Sun, May 22nd 2011, 09:29
LHOKSUKON - Puluhan ton tandan buah segar (TBS) terancam busuk di dalam truk yang sedang mengantri di depan pintu masuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN 1 Cot Girek, Aceh Utara, sejak empat hari terakhir. Manajemen PKS Cot Girek, melarang truk masuk pabrik, karena tempat penampungan buah TBS sedang dalam perbaikan.
Sopir truk pengangkut TBS, Zul Manidar (32) kepada Serambi Sabtu (21/5) menyebutkan pihaknya khawatir buah sawit akan busuk, bila terlalu lama menunggu. “Kami perkirakan, kalau tiga hari lagi tidak diizinkan masuk ke pabrik, dan perbaikan belum selesai dilakukan. Maka, buah sawit akan busuk. Kalau begitu, kami rugi karena terlalu lama antre, petani pemilik sawit juga merugi,” sebut Zul Manidar.
Sementara itu, Manajer PKS Cot Girek, T Irfansyah tak berhasil dikonfirmasi. Handphone yang digunakan tidak aktif. Kepala Tata Usaha PKS Cot Girek, Bustami, menyebutkan satu dari dua tempat penampungan TBS di pabrik tersebut sedang rusak. “Saat ini, hanya ada satu tempat penampungan buah sawit yang ada. Sedangkan satu lagi dalam perbaikan. Mungkin dalam dua hari ke depan sudah selesai. Jadi, tak bisa kita terima semua buah sawit. Kami harap, petani dan sopir truk bersabar,” pungkas Bustami.(c46)
Sumber : Serambinews.com
Minggu, 24 Juli 2011
Warga Lepaskan Anak Gajah
Thu, May 19th 2011, 20:31
LHOKSUKON - Seekor anak gajah liar diduga terpisah dengan induknya, Kamis (19/5/2011), ditangkap warga Kampung Cot Girek Lama, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara. Lima jam kemudian dan menjadi tontonan gratis bagi masyarakat, lalu dilepaskan kembali.
Anak gajah itu ditemukan di lapangan bola lingkungan perumahan warga Cot Girek. Kawasan itu padat dengan rumah warga dan diduga anak gajah yang baru enam bulan umurnya itu terpisah dengan induknya, llu dia tertidur karena kecapekan.
Masyarakat khawatir dengan penemuan anak gajah liar tersebut, lalu memberitahukan kepada Dinas kehutanan Aceh Utara. Sebagaimana kata Syamsul Hadi, warga telah mencoba memberitahukan penemuan anak gajah itu pada Kepala Dinas Perkebunan Aceh Utara. Namun, "Pak Edy begitu menerima telpon malah dimatikan HP-nya," kata Syamsul.
Karena masyarakat merasa takut mengamuk induk gajah akibat diikat anaknya yang baru enam bulan itu, lalu pukul 15.00 WIB, digiring kembali ke hutan kwasan hutan Abong-abong.(ibrahim achmad)
Sumber : Serambinews.com
LHOKSUKON - Seekor anak gajah liar diduga terpisah dengan induknya, Kamis (19/5/2011), ditangkap warga Kampung Cot Girek Lama, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara. Lima jam kemudian dan menjadi tontonan gratis bagi masyarakat, lalu dilepaskan kembali.
Anak gajah itu ditemukan di lapangan bola lingkungan perumahan warga Cot Girek. Kawasan itu padat dengan rumah warga dan diduga anak gajah yang baru enam bulan umurnya itu terpisah dengan induknya, llu dia tertidur karena kecapekan.
Masyarakat khawatir dengan penemuan anak gajah liar tersebut, lalu memberitahukan kepada Dinas kehutanan Aceh Utara. Sebagaimana kata Syamsul Hadi, warga telah mencoba memberitahukan penemuan anak gajah itu pada Kepala Dinas Perkebunan Aceh Utara. Namun, "Pak Edy begitu menerima telpon malah dimatikan HP-nya," kata Syamsul.
Karena masyarakat merasa takut mengamuk induk gajah akibat diikat anaknya yang baru enam bulan itu, lalu pukul 15.00 WIB, digiring kembali ke hutan kwasan hutan Abong-abong.(ibrahim achmad)
Sumber : Serambinews.com
Kamis, 14 Juli 2011
Sejumlah Rumah Masih Terendam Banjir
Wed, May 18th 2011, 09:12
LHOKSUKON - Hujan deras yang terjadi Minggu (15/5) malam hingga Senin (16/5) pagi di Aceh Utara dan Bireuen menyebabkan sejumlah kecamatan di dua kabupaten itu dilanda banjir pada Senin (16/5). Kendati pada Selasa (17/5) banjir di sejumlah kecamatan mulai surut, namun di Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara hingga kemarin belasan rumah warga setempat masih terendam banjir.
Ekses lain dari banjir itu adalah kegiatan belajar mengajar di MTsN 1 Matangkuli, Aceh Utara pada Senin (16/5) terpaksa diliburkan. Amatan Serambi, kemarin, banjir di Kecamatan Matangkuli, Pirak Timu dan Paya Bakong mulai surut. Sedangkan, di Kecamatan Lhoksukon, banjir masih merendam sejumlah rumah di kecamatan itu. “Syukur banjirnya tak terlalu besar, sehingga kami tak harus mengungsi,” ujar Ismail Syahputra (45) warga Desa Beuringen, Kecamatan Lhoksukon, kemarin.
Banjir yang melanda belasan desa dalam empat kecamatan di Aceh Utara terjadi karena meluapnya Krueng Keureutoe akibat hujan deras. Empat kecamatan itu adalah Pirak Timu, Matangkuli, Paya Bakong, dan Lhoksukon itu terjadi Amatan Serambi, ketinggian air mencapai 30 centimeter. Namun, masyarakat memilih bertahan di rumah dan tak mengungsi.
Sementara di Bireuen, akibat banjir itu puluhan rumah dan puluhan hektare sawah dibeberapa kecamatan di kabupaten tersebut terendam banjir. Namun, kemarin air mulai surut. Sejumlah warga, kemarin, terlihat mulai membersihkan rumahnya dari lumpur akibat banjir.
“Kami berharap kepada Pemkab Bireuen segera memperbaiki saluran yang rusak dan tersumbat guna mencegah terjadinya banjir kiriman kembali,” harap Ridwan, warga Cureh, Bireuen.
Banjir juga membuat sejumlah ruas jalan di Kota Lhokseumawe seperti Jalan Darussalam, Jalan Tengku Chik Ditiro, dan Jalan Baru terendam air. Banjir itu terjadi karena saluran pembuang sumbat. “Kami harap pemerintah dapat memperbaiki saluran itu, sehingga banjir tak lagi terjadi di Lhokseumawe,” sebut Nur Afni (40) warga setempat.
Terancam ambruk
Sementara itu, satu jembatan beton di jalan utama Desa Teupin Mane-Simpang Jaya, Kecamatan Juli, Bireuen, yang rusak sejak beberapa tahun lalu belum ditangani. Bahkan, kini jembatan itu terancam ambruk pascahujan deras mengguyur Bireuen dan sekitarnya, Minggu-Senin (15-16/5) malam. “Kami berharap jembatan itu dapat segera direnovasi untuk mencegah korban,” harap Muzamil, warga Teupin Mane, kemarin.(c46/bah/c38)
Sumber : Serambinews.com
LHOKSUKON - Hujan deras yang terjadi Minggu (15/5) malam hingga Senin (16/5) pagi di Aceh Utara dan Bireuen menyebabkan sejumlah kecamatan di dua kabupaten itu dilanda banjir pada Senin (16/5). Kendati pada Selasa (17/5) banjir di sejumlah kecamatan mulai surut, namun di Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara hingga kemarin belasan rumah warga setempat masih terendam banjir.
Ekses lain dari banjir itu adalah kegiatan belajar mengajar di MTsN 1 Matangkuli, Aceh Utara pada Senin (16/5) terpaksa diliburkan. Amatan Serambi, kemarin, banjir di Kecamatan Matangkuli, Pirak Timu dan Paya Bakong mulai surut. Sedangkan, di Kecamatan Lhoksukon, banjir masih merendam sejumlah rumah di kecamatan itu. “Syukur banjirnya tak terlalu besar, sehingga kami tak harus mengungsi,” ujar Ismail Syahputra (45) warga Desa Beuringen, Kecamatan Lhoksukon, kemarin.
Banjir yang melanda belasan desa dalam empat kecamatan di Aceh Utara terjadi karena meluapnya Krueng Keureutoe akibat hujan deras. Empat kecamatan itu adalah Pirak Timu, Matangkuli, Paya Bakong, dan Lhoksukon itu terjadi Amatan Serambi, ketinggian air mencapai 30 centimeter. Namun, masyarakat memilih bertahan di rumah dan tak mengungsi.
Sementara di Bireuen, akibat banjir itu puluhan rumah dan puluhan hektare sawah dibeberapa kecamatan di kabupaten tersebut terendam banjir. Namun, kemarin air mulai surut. Sejumlah warga, kemarin, terlihat mulai membersihkan rumahnya dari lumpur akibat banjir.
“Kami berharap kepada Pemkab Bireuen segera memperbaiki saluran yang rusak dan tersumbat guna mencegah terjadinya banjir kiriman kembali,” harap Ridwan, warga Cureh, Bireuen.
Banjir juga membuat sejumlah ruas jalan di Kota Lhokseumawe seperti Jalan Darussalam, Jalan Tengku Chik Ditiro, dan Jalan Baru terendam air. Banjir itu terjadi karena saluran pembuang sumbat. “Kami harap pemerintah dapat memperbaiki saluran itu, sehingga banjir tak lagi terjadi di Lhokseumawe,” sebut Nur Afni (40) warga setempat.
Terancam ambruk
Sementara itu, satu jembatan beton di jalan utama Desa Teupin Mane-Simpang Jaya, Kecamatan Juli, Bireuen, yang rusak sejak beberapa tahun lalu belum ditangani. Bahkan, kini jembatan itu terancam ambruk pascahujan deras mengguyur Bireuen dan sekitarnya, Minggu-Senin (15-16/5) malam. “Kami berharap jembatan itu dapat segera direnovasi untuk mencegah korban,” harap Muzamil, warga Teupin Mane, kemarin.(c46/bah/c38)
Sumber : Serambinews.com
Tanggul Krueng Pase Terkikis Erosi
Mon, May 16th 2011, 09:13
* Warga Minta Dibangun Beronjong
Warga berjalan diatas tanggul Krueng Pase, di Desa Tanjong Mesjid, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Sabtu (14/5). Erosi sungai itu telah mengikis sebagian besar tanggul. SERAMBI/MASRIADI
LHOKSUKON - Tanggul Krueng (sungai-red) Pase di Desa Tanjong Mesjid, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, terkikis erosi sungai tersebut. Amatan Serambi, Minggu (15/5) karena terkikis erosi lebar tanggul itu hanya tersisa satu meter lagi. Karena itu warga setempat meminta di lokasi tersebut segera dibangun beronjong. Sebab, jika tak dibangun beronjong bila terjadi banjir lagi tanggul itu akan jebol.
Fauzi (30), warga setempat menyatakan tahun lalu, pihaknya sudah menyampaikan usulan pembangunan beronjong di kawasan itu ke Muspika Samudera agar diterusjan ke Pemkab Aceh Utara. “Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda tanggul dan beronjong itu akan dibangun,” jelas Fauzi.
Camat Samudera, Dayan Albar, menyatakan pihaknya telah mengusulkan pembangunan beronjong di Desa Tanjong Mesjid ke Pemerintah Aceh. “Bahkan, ketika Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf melihat erosi itu akhir Desember 2010 menyatakan siap menampung anggaran pembangunan beronjong itu,” ujar Camat.
Ditambahkan, pihaknya dalam waktu dekat akan menelusuri kembali apakah pembangunan beronjong untuk Desa Tanjong Mesjid sudah dianggarkan provinsi atau belum. “Kabarnya, pembangunan beronjong itu dimasukkan dalam dana tanggap darurat. Namun, belum tahu kapan dibangun. Kita harap, provinsi bisa membantu membangun beronjong di daerah itu,” pungkas Dayan.(c46)
Sumber : Serambinews.com
* Warga Minta Dibangun Beronjong
Warga berjalan diatas tanggul Krueng Pase, di Desa Tanjong Mesjid, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Sabtu (14/5). Erosi sungai itu telah mengikis sebagian besar tanggul. SERAMBI/MASRIADI
LHOKSUKON - Tanggul Krueng (sungai-red) Pase di Desa Tanjong Mesjid, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, terkikis erosi sungai tersebut. Amatan Serambi, Minggu (15/5) karena terkikis erosi lebar tanggul itu hanya tersisa satu meter lagi. Karena itu warga setempat meminta di lokasi tersebut segera dibangun beronjong. Sebab, jika tak dibangun beronjong bila terjadi banjir lagi tanggul itu akan jebol.
Fauzi (30), warga setempat menyatakan tahun lalu, pihaknya sudah menyampaikan usulan pembangunan beronjong di kawasan itu ke Muspika Samudera agar diterusjan ke Pemkab Aceh Utara. “Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda tanggul dan beronjong itu akan dibangun,” jelas Fauzi.
Camat Samudera, Dayan Albar, menyatakan pihaknya telah mengusulkan pembangunan beronjong di Desa Tanjong Mesjid ke Pemerintah Aceh. “Bahkan, ketika Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf melihat erosi itu akhir Desember 2010 menyatakan siap menampung anggaran pembangunan beronjong itu,” ujar Camat.
Ditambahkan, pihaknya dalam waktu dekat akan menelusuri kembali apakah pembangunan beronjong untuk Desa Tanjong Mesjid sudah dianggarkan provinsi atau belum. “Kabarnya, pembangunan beronjong itu dimasukkan dalam dana tanggap darurat. Namun, belum tahu kapan dibangun. Kita harap, provinsi bisa membantu membangun beronjong di daerah itu,” pungkas Dayan.(c46)
Sumber : Serambinews.com
Rabu, 13 Juli 2011
Polisi Amankan Empat Ton Kayu Ilegal
Sat, May 14th 2011, 15:50
POLISI memperlihatkan empat ton kayu ilegal di Mapolres Aceh Utara, Sabtu (14/5/2011). Kayu itu diamankan dari Desa Keude Paya Bakong, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara.SERAMBINEWS.COM/MASRIADI SAMBO
LHOKSUKON – Polres Aceh Utara mengamankan empat ton kayu ilegal, di Desa Keude Paya Bakong, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, Sabtu (14/5/2011) dinihari. Kayu jenis meranti dan merbo itu diamankan di kawasan persawahan desa setempat, sedangkan pemilik kayu sedang diselidiki oleh tim Reskrim Polres Aceh Utara.
Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid BE, melalui Waka Polres, Kompol Sigit Ali Ismanto, kepada Serambinews.com, menyebutkan, pihaknya menerima informasi dari masyarakat tentang keberadaan kayu illegal tersebut.
“Kayu itu disembunyikan di persawahan. Tidak ada jalan menuju ke sawah itu. Sehingga, kita kesulitan mengangkut kayu itu. Bahkan, ada 15 potong lagi yang kita tinggal di lokasi, karena tidak muat mobil. Hari ini, sisa kayu illegal itu kita angkut lagi ke Mapolres,”sebut Waka Polres.
Ditambahkan, selama ini, Kecamatan Paya Bakong masuk dalam pengawasan khusus Polres Aceh Utara. Pasalnya, menurut laporan masyakat, kawasan tersebut banyak terjadi penebangan liar.(masriadi sambo)
Sumber : Serambinews.com
POLISI memperlihatkan empat ton kayu ilegal di Mapolres Aceh Utara, Sabtu (14/5/2011). Kayu itu diamankan dari Desa Keude Paya Bakong, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara.SERAMBINEWS.COM/MASRIADI SAMBO
LHOKSUKON – Polres Aceh Utara mengamankan empat ton kayu ilegal, di Desa Keude Paya Bakong, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, Sabtu (14/5/2011) dinihari. Kayu jenis meranti dan merbo itu diamankan di kawasan persawahan desa setempat, sedangkan pemilik kayu sedang diselidiki oleh tim Reskrim Polres Aceh Utara.
Kapolres Aceh Utara, AKBP Farid BE, melalui Waka Polres, Kompol Sigit Ali Ismanto, kepada Serambinews.com, menyebutkan, pihaknya menerima informasi dari masyarakat tentang keberadaan kayu illegal tersebut.
“Kayu itu disembunyikan di persawahan. Tidak ada jalan menuju ke sawah itu. Sehingga, kita kesulitan mengangkut kayu itu. Bahkan, ada 15 potong lagi yang kita tinggal di lokasi, karena tidak muat mobil. Hari ini, sisa kayu illegal itu kita angkut lagi ke Mapolres,”sebut Waka Polres.
Ditambahkan, selama ini, Kecamatan Paya Bakong masuk dalam pengawasan khusus Polres Aceh Utara. Pasalnya, menurut laporan masyakat, kawasan tersebut banyak terjadi penebangan liar.(masriadi sambo)
Sumber : Serambinews.com
Langganan:
Postingan (Atom)