Selasa, 15 Februari 2011

Petani kewalahan hadapi gajah liar

Tuesday, 18 January 2011 08:04

LHOKSUKON - Petani di Desa Buket Linteung, pedalaman Langkahan, Aceh Utara, mengaku kewalahan menghadapi gangguan gajah liar. Meski sudah diusir dengan berbagai cara tradisional namun po meurah tetap saja ‘turun gunung’ merusak tanaman petani.

“Kami lelah menghadapi gajah. Kami minta pemerintah mencari solusi supaya konflik ini berakhir. Kami sudah rugi banyak,” kata Abdussamad Saroeng, Kepala Desa Buket Linteung, pagi ini.

Abdussamad menambahkan, kawanan gajah liar mulai mengusik pemukiman penduduk sejak pasca konflik 2005. Mereka turun ke pemukiman penduduk secara berkala, maksimal enam bulan sekali.

Selama ini, menurut dia, warga hanya mampu mengusir secara tradisional, semisal membunyikan meriam bambu, membakar petasan atau membunyikan pentungan. Desember 2010, pihak BKSDA bersama LSM juga menurunkan gajah jinak untuk menghalau gajah liar yang berkeliaran di Desa Buket Linteung.

"Tapi cara itu pun tidak efektif. Kawanan gajah liar memang sempat menghilang ke kawasan hutan, namun beberapa pekan kemudian mereka kembali lagi,” sebut Abdussamad.

Abdussamad mengatakan, kawanan gajah liar yang sering masuk ke Desa Buket Linteung, berjumlah 40-an ekor. Jika tidak dihalau, dalam semalam mereka mampu memporakporandakan minimal 10 hektar kebun, dengan kerugian petani puluhan juta rupiah.

“Selain merusak tanaman, kawanan gajah juga beberapa kali merubuhkan dangau atau rumah singgah petani yang biasanya dibangun di tengah kebun. Mereka memakan apa saja, termasuk beras,” ujarnya.

Kapolsek Langkahan, Ipda M Jafaruddin, membenarkan Desa Buket Linteung sering jadi sasaran amuk gajah liar. “Selama ini kita juga sudah berusaha semaksimal mungkin. Setiap kali ada laporan soal kawanan gajah liar, kita langsung turun ke lokasi, lalu bersama warga mengusirnya ke arah hutan,” kata Kapolsek.

Sumber : Waspada.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar