Tue, Nov 30th 2010, 14:40
LHOKSUKON - Setiap kali diterjang banjir, petani Desa Buket Linteung, pedalaman Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, merugi hingga puluhan juta rupiah. Pasalnya, beragam hasil pertanian dan perkebunan mareka khususnya jeruk nipis, busuk akibat terendam air.
“Buket Linteung sebagai satu-satunya daerah penghasil jeruk nipis sejak zaman dulu kurang diperhatikan. Setiap kali banjir, kebun kami terendam air hingga satu meter. Banjir bertahan hingga empat hari, sehingga petani tidak bisa ke kebun. Hasilnya, jeruk nipis jatuh berguguran dan akhirnya membusuk,” kata Yasin Said (35), petani jeruk nipis di Desa Buket Linteung kepada Serambi, Senin (29/11).
Hal senada juga disampaikan Muhammad (38), petani lainnya. Ia mengaku, dalam kondisi normal hasil panen jeruk nipis mencapai 400 kilogram per sekali panen per petani. “Saat ini harga jual Rp 5.000 sekilo. Jadi, satu hektare sekali panen bisa dapat uang sekitar Rp 2 juta. Rata-rata kami merugi puluhan juta. Bahkan, ada satu atau dua petani yang rugi sampai ratusan juta akibat banjir,” ungkap Muhammad.
Ditambahkan, banjir telah terjadi di kawasan itu sejak tahun 1980. “Hujan sedikit saja, sudah banjir. Kami harap Pemkab Aceh Utara bisa mencari solusi. Kalau tidak, kami akab terus merugi sepanjang tahun,” harapnya.(c46)
sumber : Serambinews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar